Dua puluh satu orang telah ditangkap di Aljazair, dalam dugaan upaya penyelundupan senjata melalui sebuah kapal feri komersial yang tiba dari Prancis, kementerian pertahanan menyatakan itu pada Rabu (14/8).
Dua orang, bernama Foussa Zaidi dan istrinya, awalnya ditangkap pada 4 Agustus di Bejaia, sekitar 220 kilometer sebelah timur Algiers, setelah pihak berwenang menemukan senjata-senjata di dalam mobil mereka, setelah tiba dari Marseille, kata kementerian.
“Dinas keamanan melanjutkan upaya penangkapan 19 anggota lain dari jaringan teroris yang sama dan menyita senjata lain dalam jumlah cukup banyak yang ditemukan di sebuah tempat penyimpanan senjata rahasia di dekat Bejaia,” kata kementerian dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Pertahanan mengatakan, kelompok ini merupakan bagian dari Gerakan untuk Otonomi Kabylie (MAK), yang oleh pemerintah Aljazair digolongkan sebagai “organisasi teroris”.
Secara keseluruhan, 21 pucuk senjata disita bersama dengan 2 ribu peluru aktif dan “pakaian yang mirip dengan seragam militer”, di antara barang-barang yang lain, menurut kantor berita pemerintah setempat, APS, dalam laporannya pada Rabu.
Belum jelas bagaimana pasangan itu bisa meninggalkan pelabuhan Prancis dengan senjata-senjata itu dalam kendaraan mereka, sebuah minivan Citroen berwarna abu-abu.
Kelompok ini bertujuan untuk “menabur kekacauan dan ketidakamanan, dan mengganggu kelancaran proses pemilu presiden selanjutnya,” yang dijadwalkan pada 7 September, kata kementerian pertahanan.
Kementerian ini juga menuduh keterlibatan “dinas intelejen asing yang memusuhi Aljazair”, dan menambahkan bahwa “sebuah jaringan organisasi teroris yang beroperasi di wilayah Prancis” menyediakan senjata tersebut.
MAK didirikan pada 2001, setelah sebuah protes berkelanjutan di wilayah Kabylie yang mayoritas dihuni warga Berber, di Aljazair bagian utara.
Pada 2022, pemimpin organisasi ini, Ferhat Mehenni yang tinggal di Prancis, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup secara inabsentia karena “menciptakan organisasi teroris dan merusak integritas nasional dan persatuan bangsa”. [ns/jm]