Ambisi India untuk mengembangkan energi nuklir menghadapi lebih sedikit rintangan sekarang, kata penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan, di New Delhi.
“Amerika Serikat kini sedang menyelesaikan langkah-langkah yang diperlukan untuk menghapus peraturan lama yang telah menghalangi kerja sama nuklir sipil antara entitas nuklir terkemuka di India dan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat. Berkas resminya akan segera selesai, tetapi ini akan menjadi kesempatan untuk melupakan beberapa perselisihan di masa lalu,” jelasnya.
Peraturan di India mengenai pertanggungjawaban telah menjadi kendala bagi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang ingin membangun pembangkit listrik di India, karena negara itu menetapkan pertanggungjawaban yang besar terhadap kontraktor dan pemasok pembangkit listrik tenaga nuklir seandainya terjadi kecelakaan.
Your browser doesn’t support HTML5
Presiden Joe Biden telah meningkatkan hubungan Washington dengan New Delhi, dan pada September lalu, ia menjamu Perdana Menteri Narendra Modi di kediamannya untuk pertemuan pertama para pemimpin “Quad”, kelompok beranggotakan empat negara yang berperan sebagai penyeimbang Beijing.
Para pengamat India di Washington mengatakan kunjungan Sullivan meluncurkan pengumuman penting di sejumlah bidang, seperti kerja sama antariksa, pertahanan dan lainnya, yang dimaksudkan untuk membangun momentum bagi pemerintahan Amerika Serikat berikutnya, sekaligus memberi kesempatan kepada Biden untuk menyampaikan pesan sebelum lengser.
Rick Rossow, ketua bidang ekonomi India dan negara-negara Asia yang sedang berkembang di Pusat Kajian Strategis dan Internasional (Center for Strategic and International Studies/CSIS), mengatakan, “Saya rasa hal ini benar-benar memberi penekanan kuat pada fakta bahwa India diprioritaskan di atas banyak kemitraan yang lain.”
BACA JUGA: Amerika Dakwa Dua Perusahaan India atas Impor Bahan Opioid FentanylKemitraan Amerika Serikat-India tetap tumbuh meski ada berbagai perbedaan di antara kedua negara, seperti hubungan New Delhi dan Moskow yang terus berlanjut setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Rossow menyebutkan sejumlah alasan mengapa kerja sama keamanan kedua negara akan tetap berjalan, salah satunya adalah hubungan pribadi Trump dan Modi yang baik. Menurutnya, ketegangan kali ini justru akan berasal dari sektor ekonomi.
“Akan ada lebih sedikit dukungan untuk investasi keluar, tekanan yang lebih besar pada India untuk membeli lebih banyak produk Amerika, baik itu hidrokarbon atau pasokan pertahanan – produk-produk yang sebenarnya dapat pemerintah India tentukan sendiri pembeliannya. Jadi, sisi ekonomi yang lebih saya agak khawatirkan. […] Saya rasa India akan bernasib lebih baik ketimbang banyak mitra utama kita yang lain selama empat tahun ke depan,” jelasnya.
Amerika dan India akan memperbarui hubungan ini pada bulan Januari. [rd/ab]