Anak-anak seorang penulis Australia yang dipenjara di China mengharapkan pembebasannya ayah mereka, dan mendesak Perdana Menteri Anthony Albanese untuk mengangkat isu penderitaan ayah mereka dalam kunjungannya ke Beijing.
Penulis Australia kelahiran China, Yang Jun, telah ditahan di China sejak tahun 2019, dengan tuduhan menjadi mata-mata dalam persidangan tertutup yang mendapat banyak kritik dari para aktivis HAM.
Dalam beberapa minggu terakhir, kesehatan Yang memburuk dengan cepat karena kista besar tumbuh di ginjalnya, dan keluarganya semakin khawatir ia akan “dibiarkan mati” dalam tahanan.
Dalam surat terbuka yang dirilis Rabu (1/11) menjelang perjalanan Albanese ke China pada bulan November, putra Yang meminta perdana menteri untuk "melakukan semua yang Anda bisa untuk menyelamatkan nyawa ayah kami".
“Risiko meninggal akibat penganiayaan medis sangat jelas bagi ayah kami karena dia telah melihat hal ini terjadi pada teman-temannya,” bunyi pernyataan tersebut.
BACA JUGA: Akademisi Australia Takut Mati di Penjara ChinaJurnalis Australia Cheng Lei, yang dipenjara di China atas tuduhan spionase yang sama, dibebaskan bulan lalu setelah tiga tahun ditahan.
Kembalinya Cheng menyusul lobi berkelanjutan dari pemerintah Australia, yang meningkatkan harapan bahwa Yang juga akan segera dibebaskan.
Putra-putra Yang mengatakan mereka berharap Albanese "dapat mewujudkan keajaiban kedua dengan menyelamatkan ayah kami".
“Seperti Cheng Lei, ayah kami menghargai kebebasan dan perlindungan yang menyertai identitas Australianya.”
Albanese akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam kunjungannya dari 4 November hingga 7 November – yang pertama oleh perdana menteri Australia sejak 2016.
Ia mengatakan kepada wartawan pada hari Rabu bahwa ia akan “selalu mengangkat isu-isu ini dan membuat representasi atas nama warga Australia”.
BACA JUGA: Wartawan Cheng Lei yang Ditahan 3 Tahun di China Kembali ke Australia“Kami sangat bersimpati dan memahami kekhawatiran mereka terhadap ayah mereka,” katanya.
Menteri Luar Negeri Penny Wong mengatakan ia “sangat prihatin dengan memburuknya kesehatan Dr Yang”.
"Sejak Dr Yang ditahan, pemerintah Australia telah menyerukan standar dasar keadilan, keadilan prosedural, dan perlakuan manusiawi... sesuai dengan norma internasional dan kewajiban hukum China," katanya dalam sebuah pernyataan.
Upaya untuk memperbaiki situasi Yang telah membuat kesal para pejabat China di masa lalu, yang telah meminta Australia untuk berhenti mencampuri sistem peradilan negara tersebut.
Pada hari Rabu, Kementerian Luar Negeri Beijing bersikeras menyatakan bahwa negara itu “mendasarkan pengelolaannya pada supremasi hukum” ketika ditanya tentang kasusnya.
BACA JUGA: Australia dan China Buka Dialog Tingkat Tinggi Pertama dalam 3 Tahun“Otoritas kehakiman China menangani kasus ini dengan ketat sesuai dengan hukum, sepenuhnya melindungi semua hak hukum pihak terkait, dan sepenuhnya menghormati serta menjamin hak konsuler pihak Australia seperti kunjungan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin pada konferensi pers rutin.
Yang, yang menyangkal tuduhan mata-mata tersebut, ditangkap dalam perjalanan pulang ke China yang jarang terjadi pada Januari 2019.
Penulis dan akademisi, yang juga menggunakan nama pena Yang Hengjun, sebelumnya mengatakan kepada pra pendukungnya bahwa dia disiksa di tempat penahanan rahasia dan khawatir pengakuan paksa akan digunakan untuk melawannya.
“Mereka melarangnya tidur, mengikat pergelangan tangan dan pergelangan kakinya, serta menjepitnya di kursi selama berhari-hari, sampai dia tidak bisa berjalan,” tulis putra-putranya.
Sidang tertutupnya digelar di Beijing pada 2021, tetapi putusannya berulang kali ditunda. [ab/uh]