Dengan trauma terperangkap di dalam kompleks gua Tham Luang, Thailand, yang terendam banjir menghantui mereka, remaja anggota tim sepak bola "Wild Boars" menghadapi tantangan baru, sisa-sisa stres emosional dan psikologis. Para ahli kesehatan jiwa kini meninjau bagaimana pengalaman mereka yang menakutkan bisa mempengaruhi kehidupan mereka.
Para psikiater dan psikolog mengatakan pada hari-hari dan bulan-bulan mendatang , keluarga para remaja Thailand yang terperangkap diminta untuk tetap waspada sementara kehidupan normal berlangsung kembali seperti biasa.
Spesialis trauma anak Andrea Danese mengatakan sebagian anak-anak itu bisa mulai mengalami depresi, gangguan kecemasan dan masalah kesehatan jiwa lainnya, yang disebabkan oleh stres tersebut.
"Saya kira kalaupun tidak semua namun sebagian besar dari mereka, akan mengalami beberapa gejala emosional yang dialami ketika di dalam gua dan gejala ini masih tersisa ketika mereka sudah diselematkan dan berada di luar. Ini sangat normal dan merupakan respon biasa terhadap pengalaman yang traumatis," kata Danese.
Para dokter mengatakan fakta bahwa anak-anak itu tidak dipisahkan, masih tetap bersama dengan pelatihnya akan meningkatkan persahabatan dan menambah semangat para remaja itu.
Namun, pengalaman ekstrem bisa menyebabkan perubahan dalam otak mereka yang dapat menyebabkan perubahan perilaku, kata psikiater forensik Neil Greenberg.
“Seseorang yang melakukan tindakan beresiko tinggi misalnya bisa memutuskan akan menempuh risiko risiko yang lebih ringan. Itu bisa terjadi, tetapi kita juga mungkin akan menyaksikan hal sebaliknya, di mana sebenarnya seseorang yang sebelumnya tidak mengira bisa mengatasi situasi seperti ini akan menyadari mereka bisa, dan mungkin benar-benar meningkatkan keteguhan mereka,” ujar Greenberg.
Hal itu disebut perkembangan pasca-trauma, artinya apa pun yang tidak membunuh kita, membuat kita lebih kuat. [my/al]