Juni lalu, Flower Nichols dan ibunya melakukan ekspedisi ke Chicago dari rumah mereka di Indianapolis. Namun, melakukan petualangan di puncak musim panas bukanlah tujuan utama perjalanan mereka.
Flower dan Jennilyn Nichols akan menemui dokter di University of Chicago untuk mengetahui apakah Flower, 11 tahun, yang terlahir sebagai anak laki-laki bisa terus mendapatkan akses ke obat penghambat pubertas yang telah digunakannya selama dua tahun terakhir.
Mereka perlu mencari perawatan di luar Indiana setelah Gubernur Eric Holcomb dari Partai Republik pada 5 April lalu menandatangani undang-undang yang melarang transgender di bawah umur mengakses pil-pil penghambat pubertas, terapi hormon, dan prosedur pembedahan.
Flower mengaku sangat membutuhkan pil tersebut.
"Obat ini seperti jembatan antara saya yang mengatakan bahwa saya seorang transgender dan saya sedang berusaha menjadi transgender. Tanpa obat itu, saya akan mengalami pubertas yang keliru. Pubertas akan membuat perubahan permanen pada diri saya. Perubahan yang tidak saya inginkan," ujar Flower.
Dengan setidaknya 20 negara bagian bergerak untuk melarang atau membatasi prosedur semacam itu untuk anak di bawah umur, beberapa anak transgender merasa mereka menerima pesan bahwa mereka tidak diinginkan untuk menjadi diri mereka sendiri.
Your browser doesn’t support HTML5
Para orang tua, termasuk Jennilyn Nichols, berusaha melakukan yang terbaik dalam situasi itu, termasuk membawa anak mereka ke negara bagian lain untuk mendapat prosedur yang diinginkan.
"Sangat sulit untuk menjelaskan kepada seorang anak berusia 11 tahun bahwa kita dulu hanya perlu pergi ke rumah sakit di kota tempat kita tinggal setiap tiga bulan sekali, sekarang kita harus bepergian ke luar negara bagian untuk mendapatkan obat serupa," ujar Nichols.
BACA JUGA: Kansas Larang Atlet Transgender Berkompetisi pada Olahraga PerempuanNichols, sang ibu, merasa ia perlu mendukung anaknya. Perlakuan sekolah, katanya, membuatnya khawatir akan perkembangan mental Flower.
"Suatu hari dia pulang ke rumah dan gurunya mengatakan kepadanya bahwa 'Tuhan menjadikanmu laki-laki.' Flower menangis di pangkuan saya dan berkata bagaimana dia bisa membuat Tuhan berubah pikiran. Saya akhirnya mengajaknya pergi ke luar untuk membeli gaun demi menyenangkan hatinya," katanya.
Williams Institute, sebuah lembaga think tank di Universitas California, yang banyak melakukan riset mengenai orientasi seksual dan identitas gender, mengatakan ada sekitar 53.000 anak dan remaja transgender di negara bagian-negara bagian di mana beberapa atau semua perawatan yang bisa mempengaruhi gender telah dilarang.
Secara nasional, ada sekitar 300.000 remaja yang mengidentifikasi diri sebagai transgender -- atau sekitar 1,4 persen dari jumlah total remaja di Amerika. [ab/uh]