Analis: Serangan AS Tidak Akan Efektif Atasi ISIS

Presiden Obama dalam pidatonya yang disiarkan melalui televisi pada 10/9/2014 mendeklarasikan perang terhadap organisasi militan yang menyebut diri mereka Negara Islam.

Menurut analis, serangan udara Amerika di Irak tidak akan efektif dalam mengatasi ekstrimis Negara Islam atau ISIS.

Amerika telah melancarkan lebih dari 175 serangan udara terhadap gerilyawan Negara Islam di Irak atau ISIS dan akan segera meluncurkan serangan terhadap kubu kelompok tersebut di Suriah. Tetapi, menurut analis, akan sulit membuat strategi militer yang tidak akan membantu pemerintah Suriah. Mereka mengatakan, rencana itu hanya akan mendorong militan kembali ke Suriah dan berkesempatan bergabung lagi.

Seperti dikatakan analis Suriah Jennifer Cafarella, "Sangat mungkin militan ISIS akan bisa masuk lagi ke Suriah, tetapi kemudian kembali melakukan serangan ke dalam Irak baik melalui serangan pemberontakan atau melalui operasi teroris berkelanjutan, bahkan setelah selesainya serangan udara Amerika."

Sementara tentara dan milisi memerangi jihadis ISIS di seberang perbatasan di Irak, situasi di Suriah lebih rumit.

Selama lebih dari tiga tahun, pemerintah Suriah terlibat perang saudara melawan berbagai kelompok pemberontak, termasuk ISIS dan Fron al-Nusra yang berafiliasi al-Qaida.

Mengenai hal itu, Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal al-Miqdad mengatakan, "Kami percaya, kerjasama internasional melawan terorisme seharusnya tidak mengecualikan pihak mana saja."

Amerika dan mitra-mitra koalisi tidak berkepentingan membantu pemerintah Damaskus. Malah, mereka berencana mempersenjatai pejuang Suriah yang moderat yang berusaha menggulingkan Presiden Bashar al-Assad dan mengalahkan militan ISIS.

Tetapi ekstremis itu kian melebur dengan penduduk. Menurut analis, memang terdapat pemberontak moderat di Suriah, namun prioritas mereka bukan kelompok ISIS.

Mantan Duta Besar Amerika untuk Suriah Robert Ford mengatakan, "Negara Islam telah menewaskan ribuan orang di Suriah dan di Irak. Tetapi rezim Bashar al-Assad telah menewaskan puluhan ribu, jika tidak lebih dari itu."

Perlu waktu berbulan-bulan melatih dan melengkapi oposisi Suriah agar siap melancarkan serangan darat terhadap ISIS.

Kalangan pakar mengatakan, Amerika sekarang ini tidak punya intelijen yang dibutuhkan untuk mengenyahkan militan ISIS dari daerah perkotaan dan perlu bermitra dengan oposisi Suriah dan kelompok-kelompok Kurdi untuk mendapatkannya.

Kalangan analis mengatakan akan sulit membentuk rencana militer tanpa memungkinkan pemerintah Suriah, militan ISIS atau pemberontak terkait al-Qaida, menguasai bagian-bagian negara itu ketika serangan udara berakhir.

- Meredith Buel-