Anggota Komisi I DPR RI Dave Laksono mengatakan pembelian jet tempur dari Amerika dan Prancis dibutuhkan untuk memperkuat penjagaan wilayah udara Indonesia. Terutama, kata dia, untuk menjaga di wilayah perbatasan seperti Singapura, Malaysia, dan Filipina.
Namun, ia mengingatkan pemerintah untuk menghitung kembali anggaran jet tempur di tengah situasi ekonomi yang sedang sulit akibat pandemi COVID-19.
"Kalau memang dalam perhitungan secara ekonomi masuk, berarti waktunya kita beli. Tapi kalau belum, ya harus dipertimbangkan skemanya seperti apa," jelas Dave Laksono kepada VOA, Minggu (13/2/2022)
Dave menambahkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto pernah memaparkan rencana pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia kepada DPR. Namun, pemaparan tersebut tidak membahas secara detail pembelian jet tempur dari Amerika dan Prancis ini. Karena itu, kata dia, DPR akan membahas rencana pembelian jet tempur ini pada masa sidang DPR berikutnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Selain itu, Dave menyebut pembelian alutsista ini perlu dimanfaatkan pemerintah sebagai sarana diplomasi Indonesia. Semisal untuk lobi ke Eropa agar membuka embargo minyak sawit dan produk turunannya dari Indonesia.
"Ini bisa menjadi alat kita untuk melobi Prancis untuk membuka pasarnya untuk minyak sawit. Ada nilai diplomasi tersendirilah," tambah Dave.
BACA JUGA: AS Setujui Penjualan Senjata Penting Senilai $14 Miliar kepada IndonesiaRencana Anggaran Capai Ratusan Triliun Rupiah
Sementara pengamat pertahanan Connie Rahakundinie Bakrie mempertanyakan pertimbangan Kementerian Pertahanan membeli jet tempur dari Amerika dan Prancis. Sebab, kata dia, rencana anggaran untuk pembelian jet tempur ini mencapai ratusan triliun rupiah.
"Yang bayar kan rakyat, maka sebagai rakyat saya berhak untuk tahu. Ini tentara kita mau dibawa ke mana dan mau apa?" tutur Connie kepada VOA, Minggu (13/2/2022).
BACA JUGA: RI, Prancis Teken Kesepakatan Pembelian 6 Pesawat Tempur RafaleConnie menambahkan pembelian jet tempur dari Amerika dan Prancis berpotensi membuat Indonesia dinilai dekat dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Dengan demikian, kata dia, Indonesia akan kesulitan mengklaim sebagai negara yang tergabung dalam Gerakan Nonblok dan sulit menciptakan keseimbangan di kawasan.
VOA sudah berusaha menghubungi juru bicara menteri pertahanan soal rencana pembelian jet tempur ini. Namun, belum ada tanggapan hingga berita ini diturunkan.
Pada Kamis (10/2) pemerintahan Presiden Joe Biden telah menyetujui rencana penjualan 36 jet tempur canggih F-15 dan alutsista hampir $14 miliar kepada Indonesia. Rencana ini menambah daftar belanjaan Indonesia, yang juga sudah sepakat akan membeli 42 jet tempur Dassault Rafale dari Prancis. [sm/em]