Anggota DPR di Amerika dan Inggris mengkritik Facebook dan CEO Mark Zuckerberg, setelah muncul laporan ada perusahaan lain, Cambridge Analytica, secara tidak sah mengambil informasi dari 50 juta pengguna Facebook.
Seorang anggota parlemen Inggris menuduh Facebook, Minggu (18/3), menyesatkan pejabat dengan menganggap remeh risiko membagikan data pengguna kepada pihak lain tanpa persetujuan pemilik data.
Anggota parlemen dari Partai Konservatif Damian Collins, yang mengetuai komisi media Parlemen Inggris, menyatakan akan meminta Zuckerberg atau eksekutif lain Facebook hadir di depan panelnya, yang menyelidiki disinformasi dan “berita bohong.''
Collins juga menuduh kepala perusahaan data berbasis di Inggris Cambridge Analytica, Alexander Nix, berbohong. Kepada komisi itu bulan lalu, Nix mengatakan perusahaannya belum menerima data dari seorang peneliti yang dituduh mendapat jutaan informasi pribadi pengguna Facebook.
Baca: Facebook Tangguhkan Hubungan Dengan Cambridge Analytica Terkait Privasi Data
Di Amerika, Senator fraksi Demokrat Amy Klobuchar, dalam cuitan di Twitter, Zuckerberg “perlu bersaksi di depan Komisi Hukum Senat.'' Senator Mark Warner dari Virginia, ketua fraksi Demokrat di Komisi Intelijen Senat, menyatakan hal sama seperti disampaikan Klobuchar.
Pejabat-pejabat itu menanggapi laporan di The New York Times dan The Guardian of London bahwa Cambridge Analytica, yang paling dikenal karena bekerja dalam kampanye Presiden Donald Trump tahun 2016, secara tidak sah mendapat data pengguna Facebook dan menyimpannya setelah mengklaim telah menghapus informasi itu.
Mantan karyawan Cambridge Analytica, Chris Wylie, mengatakan perusahaan itu memperoleh informasi dari 50 juta pengguna Facebook, menggunakannya untuk membangun profil psikologis sehingga pemilih bisa ditarget dengan iklan dan berita. [ka/al]