Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Rabu (5/9), kembali mendapat pukulan ketika Majelis Rendah memberikan suara mendukung tindakan memaksa pemerintah untuk meminta Uni Eropa menunda Brexit tiga bulan lagi jika tidak ada kesepakatan sampai batas waktu yang ditetapkan, Johnson, yaitu 31 Oktober.
Ketentuan itu sekarang diajukan pada majelis tinggi parlemen. Ini merupakan kekalahan Brexit besar Johnson yang kedua dalam dua hari.
Sejumlah anggota Partai Konservatif, Selasa (3/9), bergabung dengan anggota parlemen oposisi dalam pemungutan suara untuk mengambil alih masalah Brexit dari Johnson.
PM Johnson mengatakan anggota parlemen telah merampas kemampuannya untuk bisa bernegosiasi dengan Uni Eropa.
"Karena menjadi RUU tanpa preseden dalam sejarah majelis ini, berusaha memaksa perdana menteri dengan surat yang telah dirancang sebelumnya untuk menyerah dalam perundingan internasional," kata Johnson, Rabu.
"Saya menolak untuk melakukan hal ini ... majelis ini tidak memberi pilihan selain membiarkan publik memutuskan siapa yang mereka inginkan sebagai perdana menteri."
Johnson mengatakan akan mengusulkan 15 Oktober sebagai tanggal untuk pemilihan baru, tetapi tidak pasti apakah mosi itu akan disetujui. Ia akan membutuhkan dukungan dua pertiga dari 650 anggota Parlemen Inggris untuk memicu pemilihan.
Presiden AS Donald Trump menyatakan keyakinannya pada Johnson, dengan mengatakan "ia tahu cara untuk menang" dan menambahkan tidak perlu mengkhawatirkan Johnson karena ia akan baik-baik saja.[my/pp]