Perdana Menteri Israel Naftali Bennett harus menghadapi ujian besar bagi koalisi yang dipimpinnya setelah seorang anggota parlemen dari partai nasionalisnya mundur. Pengunduran diri itu meninggalkan pemerintahannya tanpa mayoritas di parlemen, kurang dari setahun setelah koalisi dibentuk.
Kepergian Idit Silman sangat meningkatkan kemungkinan pemilihan parlemen baru, kurang dari setahun setelah pemerintah menjabat. Pemerintah Perdana Menteri Bennett menikmati mayoritas satu kursi tetapi sekarang perlu berjuang untuk tetap bertahan.
BACA JUGA: Bennett: Israel Cegah Serangan Saat Akhir PekanSilman, yang menjabat sebagai pemangku disiplin koalisi untuk partai Yamina pimpinan Bennett, pada Rabu (6/4), mengumumkan bahwa dia tidak akan terus mendukung pemerintahan persatuan, dan menyerukan pembentukan pemerintahan sayap kanan tanpa pemilihan.
Silman berbeda secara ideologis dengan para anggota partai sayap kiri koalisi dalam upayanya untuk melestarikan identitas Yahudi di negara tersebut. Dalam sebuah surat kepada Perdana Menteri Bennett, dia menasihatinya untuk “mencoba membentuk pemerintahan nasionalis, Yahudi, Zionis.”
BACA JUGA: Israel: Penembak 5 Orang di Bnei Brak adalah Warga PalestinaBennett baru-baru ini membentuk koalisi delapan partai politik yang terdiri dari kalangan nasionalis, liberalis, dan Islamis, yang telah menemukan titik temu dalam penentangan mereka terhadap mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Namun, ada perbedaan yang nyata dalam koalisi itu, yang sekarang terungkap dengan keluarnya Silman.
Idit Silman telah berusaha mempengaruhi para anggota partai pimpinan Bennett dan membubarkan koalisi. [lt/ka]