Usai kampanye pada pekan lalu, calon presiden (capres) Anies Baswedan menyeka peluh dari dahinya saat konvoi bergerak perlahan melewati kerumunan para pendukung. Tiba-tiba, dia melompat keluar dari mobilnya untuk memberikan satu tanda tangan terakhir untuk seorang gadis remaja yang terlihat bersemangat.
Kurang dari enam minggu menjelang pemilihan pada 14 Februari, kejadian spontan seperti itu bersama dengan janji kampanye untuk mengatasi apa yang ia sebut sebagai pengikisan nilai-nilai demokratis, bisa mengerek posisi mantan gubernur Jakarta itu ke posisi kedua dalam beberapa survei pendapat.
Namun sebagian besar jajak pendapat menunjukkan Anies bersaing ketat dengan kandidat dari partai yang berkuasa, Ganjar Pranowo, dan jauh di belakang kandidat utama, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
“Apa yang kami tawarkan adalah perubahan, mengembalikan kehidupan masyarakat ke jalurnya,” kata Anies, 54 tahun, kepada Reuters setelah kampanye di Jawa Barat.
Janji perubahan ini muncul di tengah kemarahan banyak masyarakat, termasuk pejabat senior pemerintah, atas apa yang mereka lihat sebagai upaya Presiden Joko Widodo untuk mempertahankan pengaruhnya ketika ia meninggalkan jabatannya setelah satu dekade berkuasa.
Pada Oktober, Mahkamah Konstitusi, yang dipimpin adik ipar Jokowi, mengubah kriteria persyaratan peserta pemilu. Keputusan tersebut memuluskan langkah putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, untuk maju mencalonkan diri sebagai wakil presiden dari pasangan Prabowo. Keputusan tersebut memicu kekhawatiran akan kembalinya nepotisme dan politik patronasi yang menjadi ciri pemerintahan mantan presiden Suharto selama puluhan tahun.
Sebagai anggota partai yang berkuasa, PDI-P, Jokowi awalnya tampak mendukung Ganjar. Namun kini secara implisit mendukung Prabowo, sosok militer kontroversial yang dikenal sebagai mantan menantu Suharto, seorang jenderal kontroversial.
Dalam pemilu sebelumnya, Anies mengatakan, "tidak ada pembicaraan tentang netralitas, atau kekhawatiran akan adanya kecurangan. Tidak ada hal seperti yang kita lihat saat ini".
BACA JUGA: Prabowo Kukuhkan Keunggulannya dalam Jajak Pendapat BaruHarapan terbaik Anies untuk menang terletak pada kemampuannya untuk menduduki posisi kedua dan mendorong agr pemilu digelar dalam dua putaran. Namun hal itu hanya akan terjadi jika kandidat utama, yang kemungkinan besar adalah Prabowo, tidak mendapatkan suara mayoritas pada 14 Februari. Pada putaran kedua, Anies berharap dapat menarik suara pendukung Ganjar.
Politik Identitas
Sebagai mantan menteri pendidikan, rektor universitas, dan penerima beasiswa Fulbright dengan gelar PhD bidang kebijakan publik dari Northern Illinois University, Anies sangat dikagumi karena latar belakang keilmuan dan pidatonya.
Meski menganut Islam moderat, Anies dikritik karena kedekatannya dengan kelompok Islam garis keras, sehingga meningkatkan momok politik identitas di Indonesia.
Anies membela rekam jejaknya sebagai orang yang inklusif, dengan mengatakan bahwa ia membantu meringankan persyaratan izin untuk membangun tempat ibadah agama apa pun saat memimpin Jakarta, kota berpenduduk lebih dari 10 juta jiwa.
"Kalau masyarakat mau menerima keterbukaan dan menilai (saya) berdasarkan fakta, saya senang. Kalau tidak, saya tidak bisa memaksa," ujarnya.
Pasangan Anies adalah Muhaimin Iskandar, pemimpin Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang terkait erat dengan Nahdlatul Ulama.
Made Supriatma, peneliti tamu di ISEAS–Yusof Ishak Institute di Singapura, mengatakan dukungan dari kedua partai politik Islam konservatif dan progresif tersebut turut membantu rating Anies dalam jajak pendapat. Nnamun jika kelompok minoritas tetap tidak yakin, hal itu mungkin akan mempengaruhi peluangnya menjadi presiden.
Pajak Orang Kaya
Anies, yang berasal dari latar belakang kelas menengah di Yogyakarta, membeberkan agenda kebijakannya. Di antaranya rencana untuk mengenakan tarif pajak yang lebih tinggi kepada kelompok ultra kaya di negara ini. Namun ia tidak memberikan rinciannya.
BACA JUGA: Debat Perdana Cawapres: Adu Gagasan Ekonomi, Perdagangan, Pajak, dan InfrastrukturSeperti kandidat lainnya, ia berjanji untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan kerja, memberi insentif pada investasi energi terbarukan dan mengendalikan inflasi di negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini jika terpilih.
Ia berhasil menarik ribuan pendukung untuk berduyun-duyun mendatangi setiap tempat kampanyenya, yang tertarik datang karena kombinasi antara kepribadian Anies yang terpelajar dan agenda pro-demokrasinya.
Atik Suwatini, 46 tahun, warga Tasikmalaya, mengatakan saat mendengarkan pidatonya di gedung olah raga yang penuh sesak, dia akan memilihnya karena “dia pintar dan ingin perubahan.” [ah/ft]