Kendaraan dinas Polresta Solo dan TNI di Solo tampak terparkir di salah satu gereja di Laweyan, Solo, Selasa siang (21/7). Lima personil polisi dan TNI berseragam lengkap tampak berbincang dengan pengurus gereja tersebut.
"Di sini ada remaja Gereja? Kalau ada tolong juga dilibatkan dalam pengamanan. Selain itu juga warga sekitar dan umat agama lain yang mendukung toleransi beragama. Analisa kami, jam rawan gangguan keamanan mulai tengah malam hingga jam 4 dinihari. Semua harus bersatu mengantisipasi gangguan."
Juru bicara Polresta Solo, Komisaris Polisi, Agung Nugroho, saat ditemui di lokasi mengatakan mendatangi tempat ibadah dan menemui tokoh agama menjadi kunci menjaga kerukunan umat beragama di Solo. Agung berharap konflik yang terjadi di Tolikara Papua, Purworejo Jawa tengah, dan Bantul Yogyakarta tidak merembet ke Solo.
“Jadi intinya kegiatan kita hari ini adalah silaturahmi, sambang ke tempat ibadah, gereja, begitu juga ke tokoh-tokoh agama di Solo, tokoh muslim, nasrani, hindu, dan sebagainya dalam rangka menciptakan kondisi di Solo yang aman, kondusif antar pemeluk agama. Ini juga untuk menyikapi beberapa kejadian yang kemarin di Papua, Purworejo Jawa tengah, dan Bantul Yogyakarta," kata juru bicara Polresta Solo, Komisaris Polisi, Agung Nugroho.
"Kita mengambil inisiatif untuk mendatangi dan menyambangi tempat ibadah dan tokoh agama. Kita cek dan kita sampaikan ke pengelola tempat ibadahnya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Kita sampaikan bahwa jika ada informasi yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum, untuk segara di laporkan ke aparat terdekat, informasi sekecil apapun,” lanjutnya.
Jumlah gereja di Solo saat ini sekitar 169, sebagian di antaranya dibangun berdempetan atau berdekatan dengan tempat ibadah umat agama lain. Selama ini sikap toleransi dan kerukunan umat beragama masih terus berlangsung.
Salah seorang pengurus Gereja Kristen Jawa di Laweyan, Solo, Zacharias, meyakini sikap toleransi dan kerukunan umat beragama di Solo masih tinggi dan tidak terpengaruh kasus yang terjadi di sejumlah daerah.
“Kalau di Solo saat ini masih aman, nyaman, kondusif. Toleransi antar umat beragamanya masih tinggi. Kami yakin, persitiwa yang terjadi di daerah Papua, dan lainnya tidak akan berimbas ke Solo. Kami selalu menjaga kerukunan umat beragama,” kata pengelola tempat ibadah di Solo, Zacharias.
Sebagaimana diketahui, kasus kerusuhan terjadi di Tolikara Papua ketika perayaan Idul Fitri sedang berlangsung. Peristiwa ini merembet ke kasus pembakaran pintu salah satu gereja di Purworejo Jawa Tengah dan peristiwa serupa di Bantul Yogyakarta kemarin. Pemerintah bergerak cepat mengantisipasi agar kasus ini tidak merembet ke daerah lain dan berujung pada konflik bernuansa SARA.