Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pihaknya tetap memantau kemunculan varian baru COVID-19 yang berpotensi menimbulkan kenaikan jumlah kasus, meskipun kondisi pandemi di Tanah Air diklaim terus membaik.
“Satu hal yang kami lakukan monitoring adalah varian baru yang ada di dunia, karena kami mengamati bahwa lonjakan kasus itu terjadi kalau ada varian baru. Beberapa negara yang kasusnya naik seperti Taiwan dan Amerika itu disebabkan oleh varian omicron BA.2 yang juga sudah banyak di Indonesia,” ungkapnya dalam telekonferensi pers di Jakarta, Senin (9/5).
Pemerintah, ujarnya, juga terus mewaspadai munculnya varian baru siluman omicron BA.4 dan BA.5 yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan. Kedua varian sub omicron ini, ujar Budi, telah menimbulkan kenaikan jumlah kasus meskipun tidak signifikan. Pihaknya bersama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan terus memonitor varian-varian baru ini.
Lebih jauh Budi menjelaskan, kenaikan kasus pasca libur lebaran kemungkinan besar akan terjadi. Berdasarkan pengalaman yang lalu, kata Budi, biasanya kenaikan kasus terjadi kurang lebih 30 hari pasca libur lebaran.
“Nah sekarang kita sudah tujuh hari sesudah hari raya. Jadi kami mengusulkan ke Bapak Presiden kalau kita tunggu dulu sekitar 20 sampai 25 hari ke depan untuk melihat apakah ada pola kenaikan yang sama seperti liburan Lebaran dan liburan Natal dan Tahun Baru sebelumnya,” jelasnya.
Kondisi Pandemi Terus Membaik, PPKM Tetap Diberlakukan
Dalam kesempatan yang sama, Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim kondisi pandemi di Tanah Air terus membaik. Luhut menjelaskan, hal ini terlihat dari rata-rata jumlah kasus baru harian selama 25 hari berturut-turut yang berada di bawah level 1.000. Selain itu, tingkat rawat inap pasien COVID-19 secara nasional juga terus turun hingga 97 persen.
Ia mengungkapkan, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) berada pada titik yang sangat rendah, yakni hanya dua persen. Angka kematian akibat virus corona juga diklaim terus turun hingga 98 persen, sehingga positivity rate bertengger pada level 0,7 persen.
BACA JUGA: Kasus Menurun, Indonesia Tetap Berhati-hati dalam Transisi Menuju Endemi“Berdasarkan data-data diatas kami meyakini bahwa kondisi varian omicron di Indonesia di tengah momen libur Idulfitri hingga saat ini masih terkendali,” ungkap Luhut.
Perkembangan COVID-19 di Jawa-Bali, menurut Luhut, juga terus membaik dari segala aspek. Bahkan sampai hari ini, katanya, penurunan kasus di kedua pulau tersebut sudah mencapai 99 persen dibandingkan puncak kasus omicron beberapa waktu yang lalu. Meski terus membaik, Luhut menegaskan, pemerintah akan tetap memberlakukan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) per level di Jawa-Bali.
“Di tengah terus membaiknya kondisi pandemi COVID-19 di Tanah Air, relaksasi aturan PPKM akan terus dipermudah dan dilonggarkan. Namun, akan tetap dan terus mengikuti standar protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah," katanya.
"Terkait detail aturan pelonggaran ini akan dituangkan ke dalam Aturan Inmendagri ataupun SE (surat edaran, red) Satgas yang akan dikeluarkan dalam waktu dekat ini. Pemerintah juga menegaskan hingga hari ini masih dan akan terus memberlakukan aturan PPKM Jawa-Bali hingga waktu yang masih belum ditentukan, mengikuti hasil evaluasi secara regular yang dipimpin langsung oleh Presiden,” lanjut Luhut.
Varian Siluman Omicron Berpotensi Timbulkan Gelombang Baru
Ahli Epidemilogi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai kemunculan berbagai varian baru COVID-19 termasuk sub varian omicron BA.4 dan BA.5 karena kedua varian tersebut kemungkinan bisa menimbulkan gelombang baru di masa pandemi.
Dicky menjelaskan sub varian omicron BA.4 dan BA.5 lebih mudah menginfeksi.
“Kemampuan dari BA.4 dan BA.5 ini adalah dalam menghindari imunitas, dan orang yang sudah terinfeksi omicron sebelumnya dengan BA.1 misalnya itu tetap bisa terinfeksi oleh BA.4 dan BA.5,” ungkapnya kepada VOA.
BACA JUGA: COVID-19: Kondisi Saat ini dan Prospek Pasca PandemiHasil temuan tersebut, ujarnya, membuktikan bahwa varian omicron beserta turunannya sama berbahaya dengan varian COVID-19 sebelumnya, seperti varian delta. Ia mengimbau kepada pemerintah untuk tetap waspada dan melakukan penanganan pandemi di Tanah Air dengan ketat.
Your browser doesn’t support HTML5
“Artinya kalau itu masuk itu bisa berubah situasi, dan kita akan bisa mengalami potensi lonjakan gelombang, meskipun di wilayah yang sudah memiliki cakupan vaksinasi yang memadai. Ini yang berbahaya, makanya apapun situasinya saat ini, kita jangan sampai euphoria," katanya.
"Jangan sampai mengendurkan yang namanya masker, pembatasan-pembatasan terutama akselerasi dari vaksinasi. Ini yang sulit, kalau kita tidak konsisten kita akan mengalami apa yang dialami oleh Afrika Sekatan, maupun di Amerika yang mengalami peningkatan kasus meskipun tentu secara kematian atau yang disebut dengan direct (kematian) tidak, tapi in-direct kematiannya banyak,” pungkas Dicky. [gi/ab]