Juru bicara kepala Taliban, Zabihullah Mujahid, mempunyai lebih dari
630.000 pengikut di akun Twitter resminya. Tetapi satu-satunya alamat situs yang tersemat di bawah profilnya, kini bertaut pada halaman yang telah dihapus.
Mujahid dan timnya pernah dijuluki master propaganda daring, ketika
Taliban melawan pasukan Amerika Serikat di Afghanistan. Kini sebagai pemerintah de facto Afghanistan, penggunaan media digital di kalangan kelompok Taliban menghadapi sejumlah tantangah seperti penolakan layanan, kampanye permusuhan, dan penghapusan akun dari platform media sosial.
Pekan lalu, Meta, perusahaan induk Facebook, menutup akun Facebook dan Instagram Radio Television Afghanistan (RTA) yang dikelola pemerintah dan Kantor Berita Bakhtar.
Akun itu dibuat oleh pemerintah Afghanistan sebelumnya yang didukung AS dan diserahkan kepada Taliban, yang menggunakannya untuk menyebarkan berita tentang pemerintah mereka.
“Taliban dikenai sanksi sebagai organisasi teroris di bawah hukum AS, dan mereka dilarang menggunakan layanan kami berdasarkan kebijakan kami tentang Organisasi Berbahaya,” kata juru bicara Meta kepada VOA.
“Itu berarti kami menghapus akun yang dikelola oleh atau mengatasnamakan Taliban, serta melarang pujian, dukungan dan perwakilan dari kelompok tersebut.”
Ketika mencari komentar tentang berita ini, tautan ke saluran radio YouTube Taliban dikirim ke Google sebagai referensi. Dalam waktu kurang dari 24 jam, saluran itu kini hilang.
“Google bertekad mematuhi Undang-undang sanksi AS yang berlaku dan menegakkan kebijakan terkait berdasarkan persyaratan layanannya. Karena itu, jika kami mendapati ada akun milik Taliban, kami akan menghentikannya,” kata juru bicara Google kepada VOA. [ps/jm]