APEC Bahas Perdagangan Barang Bekas

  • Petrus Riski

Deny Kurnia, Direktur Direktorat Kerjasama APEC dan Organisasi Lainnya di Kementerian Perdagangan. (VOA/Petrus Riski)

Pertemuan kerja sama ekonomi Asia Pasifik (APEC) membahas pemanfaatan kembali barang bekas yang masih dapat diolah.
Pertemuan ekonomi Senior Officers Meeting (SOM) II APEC 2013, Kamis (11/4) menyoroti pemanfaatan barang-barang bekas yang masih dapat diolah kembali atau remanufactured goods.

Pemanfaatan barang bekas seperti barang Informasi dan Teknologi (IT), mesin, pesawat terbang, meubel, hingga barang keperluan lainnya, dianggap memiliki peluang untuk menciptakan industri baru yang ramah lingkungan.

Deny Kurnia, Direktur Direktorat Kerjasama APEC dan Organisasi Lainnya di Kementerian Perdagangan mengatakan, peluang adanya industri ramah lingkungan diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi industri dalam negeri.

“Dengan mengembangkan, atau mencoba untuk memberikan lampu hijau pada perdagangan remanufactured goods, itu akan ada dampak terhadap kemajuan lingkungan, dan ada penghematan karena tidak usah ada input baru. Input bisa dihemat sampai 80 persen,” ujarnya.

Dari 21 anggota ekonomi APEC, ujar Deny baru 12 negara, tidak termasuk Indonesia, yang mengikuti ketentuan ini dan bersedia mengolah barang bekas menjadi barang yang lebih bermanfaat dan berusia lebih lama.

Deny mengungkapkan, buku pedoman pengelolaan barang bekas sedang dibuat oleh Amerika Serikat, yang akan ditawarkan dalam pertemuan SOM II APEC kali ini.

“Amerika menawarkan suatu bentuk semacam buku pedoman ya, dimana ekonomi-ekonomi APEC lainnya juga silahkan menyumbang, untuk memberikan juga informasi-informasi yang menyangkut dunia remanufactured goods ini,” ujarnya.