Selama puluhan tahun China telah menjadi lokasi beragam pabrik dunia, dan pada tahun 2020, China menyumbang hampir dua kali lipat total produksi manufaktur Amerika. Upah yang rendah, infrastruktur yang berkembang pesat dan dukungan pemerintah berkontribusi pada keberhasilan China.
Konsultan rantai pasokan, Rosemary Coates, mengatakan saat ini banyak CEO yang tidak lagi melihat China sebagai pabrik, tetapi sebagai sebuah risiko. Mereka bahkan bersedia membayar lebih besar supaya tidak memiliki pabrik di China.
“Kini para eksekutif yang bekerja dengan saya tidak saja menghitung keuntungan finansial, tetapi juga mengkaji risiko global dan geopolitik,” ulasnya.
Coates mengatakan kombinasi gangguan rantai pasokan pandemi dan penghentian sebagian kegiatan untuk mencegah perebakan Covid-19 di Beijing telah mendorong sejumlah eksekutif Amerika mempertimbangkan untuk mengubah cara pandang mereka pada manufaktur, dan memilih untuk bekerja sama dengan negara-negara yang memiliki hubungan sekutu yang solid dengan AS.
Ini adalah tren yang dikenal sebagai "friendshoring,” yaitu praktik perdagangan yang sedang berkembang di mana jaringan rantai pasokan difokuskan pada negara-negara yang dianggap sebagai sekutu politik dan ekonomi. “Friendshoring” ini adalah kebijakan yang mengakar di antara 21 anggota Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik APEC.
BACA JUGA: China Serukan AS Hentikan ‘Pemaksaan Ekonomi’ dengan SanksiData Bloomberg menunjukkan produsen-produsen pakaian Amerika yang sadar akan biaya, mulai pindah dari China ke Vietnam, Bangladesh, dan Indonesia. Hal ini dilakukan bahkan sebelum terjadinya ketegangan perdagangan dengan China pada tahun 2017. Dalam Undang-Undang CHIPS tahun 2022, pemerintahan Biden memberikan US$500 juta selama lima tahun untuk membantu memodernisasi dan mengamankan rantai pasokan semikonduktor baru.
Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan, "Kami mulai melihat dampaknya dalam data. Di berbagai sektor mulai dari suku cadang mobil hingga elektronik, AS mengimpor lebih banyak dari mitra-mitra utama seperti India dan Vietnam, serta dari Meksiko, dan tidak terlalu bergantung pada satu negara saja, dalam hal ini, China."
Produsen semi-konduktor Amkor Technology bulan Oktober lalu mengumumkan pabrik pengujian dan perakitan baru di Vietnam. Synopsys dan Marvell juga telah mengumumkan pusat desain semikonduktor baru di sana. Produsen sepatu Nike juga telah mengalihkan produksinya dari China ke Asia Tenggara selama satu dekade terakhir.
Matt Pottinger, wakil penasihat keamanan nasional pemerintahan Trump, mengatakan ini adalah puncak dari investasi Amerika selama beberapa dekade di wilayah ini.
"Amerika telah menanamkan investasi lebih dari satu triliun dolar dalam bentuk investasi yang telah berlangsung selama beberapa dekade," ujarnya.
BACA JUGA: BRIN Soroti Jumlah Pekerja Asal China yang Tidak Sebanding dengan InvestasiNamun, analis perdagangan Steven Okun mengatakan tidak semua negara tetangga China siap menyambut perusahaan-perusahaan Amerika dan pabrik-pabrik mereka.
"Anda mungkin ingin melakukan diversifikasi keluar dari China. Anda mungkin ingin mengatakan, 'saya ingin membuat rantai pasokan lebih tangguh,' tetapi ke mana Anda akan pergi, karena Anda tidak dapat memindahkan seluruh pabrik dari China ke Vietnam. Anda tidak dapat memasukkannya ke Indonesia. Anda tidak bisa memasukkannya ke India. Jadi Anda akan melihat beberapa diversifikasi untuk menciptakan rantai pasokan yang tangguh ini, tetapi ada batasan alamiah mengenai seberapa banyak hal itu bisa terjadi."
Bagaimanapun juga, kata para analis perdagangan, China telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk membangun infrastruktur, tenaga kerja, dan peraturan untuk menjadi pabrik dunia. Dan masih menjadi tempat terbaik untuk membuat barang-barang bagi pasar China. [em/lt]
Your browser doesn’t support HTML5