Apple: Beri Akses Ponsel Bisa Jadi 'Preseden Berbahaya'

Seorang pria mengangkat iPhone miliknya untuk mendukung demo privasi di luar toko Apple di San Fransicso, Calif., 23 Feb 2016.

Apple mengatakan permintaan penegak hukum untuk membuka iPhone dapat menjadi preseden berbahaya bagi intrusi pemerintah ke dalam kehidupan orang. Namun demikian, survei di Amerika menunjukkan, mayoritas mendukung sikap pemerintah dalam sengketa itu

Perusahaan raksasa teknologi, Apple, berencana memberitahu panel Kongres Amerika hari Selasa bahwa permintaan penegak hukum untuk membuka iPhone yang digunakan penembak di San Bernardino, California, untuk membunuh 14 orang "akan menjadi preseden berbahaya bagi intrusi pemerintah" ke dalam kehidupan orang.

Dalam salinan pendahuluan kesaksiannya, pengacara Apple Bruce Sewell mengatakan, membuat piranti lunak yang dibutuhkan untuk mengakses ponsel yang digunakan Syed Rizwan Farook akan melemahkan keamanan ratusan juta ponsel Apple lain yang digunakan pelanggan perusahaan itu di seluruh dunia.

Federal Bureau of Investigation (FBI) menuntut Apple membuat piranti lunak yang akan memungkinkan penyidik membongkar ponsel guna mencaritahu apakah Farook, kelahiran Amerika, kontak dengan orang lain mengenai serangan awal Desember yang ia lakukan bersama istrinya, Tashfeen Malik, perempuan kelahiran Pakistan. Keduanya tewas beberapa jam kemudian dalam tembak-menembak dengan polisi.

Hakim pengadilan di California memerintahkan Apple mematuhi permintaan itu, tetapi hasilnya tidak pasti menunggu pengajuan banding dari pihak Apple. Jika perintah itu ditegakkan, aparat penegak hukum lain menyatakan akan meminta perusahaan itu membuka ponsel lain Apple yang terlibat investigasi kriminal.

Hari Senin di New York, seorang hakim pengadilan memutuskan, Departemen Kehakiman tidak bisa memaksa Apple mematuhi. Jurubicara Departemen Kehakiman menyatakan kecewa atas putusan itu dan berencana mengajukan banding.

Survei di Amerika menunjukkan, mayoritas mendukung sikap pemerintah dalam sengketa itu. [ka/al]