Arab Saudi hari Minggu (15/9) segera berusaha memulihkan operasi di ladang minyak utamanya, setelah serangan pesawat nirawak mengurangi produksi minyak kerajaan itu sampai setengahnya. Pemerintah Saudi juga mengatakan akan menyalurkan cadangan minyaknya yang sangat besar ke pasar dunia.
Sementara itu, ada ketidak pastian yang luas tentang pihak yang bertanggung jawab atas serangan yang memotong produksi minyak Saudi sampai 5,7 juta barel per hari, hampir 6% dari pasokan minyak mentah dunia, dan dari mana serangan rudal pada dini hari Sabtu (14/9) itu dilancarkan.
BACA JUGA: AS Salahkan Iran atas Serangan Terhadap Arab SaudiMilisi Houthi Yaman yang didukung Iran mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi Menlu Amerika Mike Pompeo menuduh Iran sebagai pelakunya, dan menepiskan keterlibatan Houthi.
“Teheran berada di belakang 100 serangan terhadap Arab Saudi sementara Rouhani dan Zarif berpura-pura terlibat dalam diplomasi,” demikian kata Pompeo di media sosial, mengacu kepada Presiden Iran Hassan Rouhani dan Menlu Iran Mohammed Javad Zarif.
“Di-tengah-tengah seruan bagi penurunan ketegangan, Iran kini melancarkan serangan terhadap pasokan energi dunia. Tidak ada bukti serangan itu datang dari Yaman,” kata Pompeo dalam cuitan. Tetapi dia tidak memberi bukti untuk mendukung klaimnya tentang keterlibatan Iran.
Teheran menangkis klaim Pompeo itu. Menlu Iran Zarif mengatakan, “Setelah gagal memberi tekanan maksimum, Menlu AS Mike Pompeo sekarang beralih ke tipuan maksimum.”
Beberapa media di Irak mengatakan, serangan itu dilancarkan dari Irak, yang lebih dekat ke fasilitas produksi minyak Saudi itu dibandingkan Yaman, dan dimana kelompok para-militer yang didukung Iran bercokol. Tetapi pemerintah Irak membantah hal itu, dan berjanji akan menghukum siapa saja yang memanfaatkan wilayahnya untuk melancarkan serangan.
Arab Saudi tidak segera menuduh pelaku serangan itu, tetapi penguasa de fakto kerajaan itu, Pangeran Mohammed bin Salman mengatakan, pihaknya “siap dan mampu” menanggapi “agresi teroris itu.”
Selama puluhan tahun, Arab Saudi yang Muslim Suni itu berselisih dengan Iran yang Shiah dalam memperebutkan dominansi di kawasan itu dan kini terlibat konflik dengan Yaman yang sudah berlangsung hampir lima tahun. Koalisi pimpinan Saudi menggempur pemberontak Houthi yang hendak menguasai negara itu. Oleh banyak kalangan, ini dinilai sebagai perang proksi antara Saudi dan Iran. (jm/ka)