Arab Saudi mengumumkan pada Kamis (7/4) mengirim kembali duta besarnya untuk Lebanon yang dipulangkan ketika terjadi perselisihan lima bulan lalu terkait intervensi militer oleh Riyadh di Yaman.
Kementerian luar negeri "mengumumkan kembalinya duta besar Saudi ... ke Republik Lebanon yang bersaudara", menurut sebuah pernyataan yang dibacakan melalui media pemerintah.
Krisis diplomatik terjadi pada Oktober lalu setelah menteri informasi saat itu dikutip telah mengkritik peran Saudi di Yaman, di mana perang bergejolak itu berakibat pada apa yang digambarkan PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
George Kordahi, yang telah mengundurkan diri, mengatakan dalam sebuah wawancara televisi bahwa pemberontak Huthi, yang memerangi pemerintah Yaman yang diakui secara internasional, "melakukan pembelaan diri ... melawan agresi dari luar".
Kordahi mengatakan "rumah, desa, pemakaman dan pernikahan dibom" oleh koalisi pimpinan Saudi, sekaligus menyebut perang di Yaman itu "sia-sia".
Huthi didukung oleh musuh bebuyutan Saudi, Iran yang memiliki pengaruh signifikan di Lebanon, dan mendukung gerakan Syiah yang kuat, Hizbullah.
BACA JUGA: Para Pihak Setujui Gencatan Senjata untuk Yaman Saat Ramadan DimulaiMenanggapi pernyataan Kordahi tersebut, Riyadh memanggil duta besarnya dan memerintahkan utusan Lebanon untuk meninggalkan kerajaan dalam waktu 48 jam. Tiga negara Teluk lainnya - Uni Emirat Arab, Bahrain dan Kuwait - memihak Arab Saudi dan mengusir utusan Lebanon.
Perselisihan yang juga membuat Arab Saudi melarang impor barang-barang Lebanon, merupakan pukulan bagi negara yang sudah menderita krisis politik dan ekonomi itu sehingga menjadi semakin terpuruk.
Lebanon mengandalkan bantuan finansial dari Teluk untuk menyelamatkan perekonomiannya.
Pemerintah Lebanon menyambut baik pengumuman penempatan kembali Duta Besar Saudi tersebut. [mg/jm]