Armenia Kembalikan 4 Desa Perbatasan ke Azerbaijan

Pemandangan desa Voskepar di wilayah Tavush, Armenia dekat perbatasan Azerbaijan, 26 April 2026. (Foto: Karen Minasyan/AFP)

Armenia telah mengembalikan empat desa perbatasan ke Azerbaijan yang mereka rebut beberapa dekade lalu, kata negara-negara tersebut pada Jumat (24/5). Pengembalian desa itu adalah sebuah langkah penting menuju normalisasi hubungan antara kedua negara yang sudah lama bersaing.

Langkah tersebut, yang telah memicu protes berkepanjangan di Armenia, merupakan langkah penting menuju pencapaian perjanjian perdamaian komprehensif setelah bertahun-tahun perundingan sia-sia yang dimediasi oleh Rusia dan negara-negara Barat.

Negara-negara Kaukasus itu -- keduanya bekas republik Soviet -- berperang dua kali pada 1990-an dan pada 2020 untuk menguasai wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri.

Azerbaijan merebut kembali wilayah tersebut tahun lalu melalui serangan kilat, mengakhiri tiga dekade kekuasaan separatis Armenia atas wilayah kantong tersebut dan menyebabkan lebih dari 100.000 penduduk setempat mengungsi ke Armenia.

Dinas keamanan Armenia mengkonfirmasi pada hari Jumat bahwa penjaga perbatasannya telah mengambil posisi baru di bagian timur negara itu, yang mencerminkan kesepakatan demarkasi perbatasan yang baru-baru ini ditengahi yang menyerahkan desa-desa tersebut ke kendali Azerbaijan.

Wakil Perdana Menteri Azerbaijan, Shahin Mustafayev, mengumumkan secara terpisah bahwa penjaga perbatasan negaranya telah mengambil alih kendali atas empat desa tersebut.

BACA JUGA: Peringati Kematian Massal Warga Armenia, Pawai Obor Digelar di Yerevan

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan pada Maret setuju untuk mengembalikan empat desa yang ditinggalkan, yang direbut pada 1990-an, sebagai bagian dari upaya untuk mencapai kesepakatan perdamaian yang langgeng.

Wilayah yang diserahkan oleh Armenia memiliki kepentingan strategis bagi negara itu yang terkurung daratan karena mencakup bagian-bagian jalan raya penting menuju Georgia.

Penduduk Armenia yang tinggal di sekitar wilayah itu mengatakan tindakan tersebut dapat memisahkan mereka dari wilayah lain dan menuduh Pashinyan secara sepihak menyerahkan wilayahnya tanpa mendapatkan imbalan apa pun.

Pashinyan mengatakan Armenia akan membangun jalan-jalan baru di wilayah tersebut dalam beberapa bulan ke depan.

Keputusan perdana menteri itu telah memicu protes anti-pemerintah selama berminggu-minggu di Armenia, dengan ribuan demonstran yang dipimpin oleh ulama karismatik Bagrat Galstanyan menuntut pengunduran diri Pashinyan.

Protes anti-pemerintah baru dijadwalkan pada hari Minggu. [ab/lt]