5 Tewas dalam Bentrokan di Mesir, Pro-Mubarak Targetkan Wartawan Asing

  • Luis Ramirez
    Ian Umar

Seorang wartawan Perancis, Alfred Yaghobzadeh dirawat oleh demonstran anti pemerintah akibat terluka dalam bentrokan di Lapangan Tahrir, Kairo (2/2).

Para pendukung Mubarak menuduh media asing telah mengobarkan protes anti-pemerintah di seluruh Mesir.

Aparat keamanan Mesir menangkap sejumlah demonstran sementara bentrok berlanjut antara pendukung Presiden Hosni Mubarak dan lawan-lawannya yang menuntut Mubarak mundur sekarang juga. Kekerasan terakhir telah menewaskan sedikitnya lima orang dan ratusan orang cedera.

Penangkapan menyusul kekerasan yang sungguh sengit pada malam hari di ibukota Mesir antara pendukung Mubarak dan anti-Mubarak yang saling berkelahi dengan tongkat, batu, dan bom bensin. Rentetan tembakan senjata terus berlanjut. Kekerasan itu menandai perubahan dramatis yang sebelumnya adalah demonstrasi damai awal pekan ini.

PM Mesir Ahmed Shafik tampil di televisi pemerintah untuk meminta maaf atas kekerasan. Ia membantah keterlibatan pemerintah dalam bentrokan.

Para demonstran anti-pemerintah tidak dapat menerima. Mereka menuduh pemerintah mendorong, atau setidaknya membiarkan para demonstran pendukung Mubarak masuk dan menyerang para demonstran anti-pemerintah ke lapangan Tahrir di pusat kota Kairo.

Pada Kamis siang, tentara Mesir tampaknya akan menghentikan semua demonstran untuk masuk ke lapangan. Di antara mereka yang keluar dari kawasan itu adalah sorang pria berusia 20 tahun berprofesi sebagai insinyur piranti lunak.

Demonstran anti Mubarak menendang gas air mata yang dilemparkan tentara Mesir untuk melerai bentrokan di Kairo, (3/2).

Seorang penentang Mubarak mengatakan, "Ada kekerasan besar. Seluruh kawasan itu dipenuhi pendukung Mubarak, orang-orang Mubarak."

Para pendukung Mubarak mensasar wartawan asing, mereka mengecam dan menjarah para wartawan yang ditemui. Demonstran pro-Mubarak itu menuduh media asing telah mengobarkan protes.

Selagi polisi ditarik mundur dari jalanan setidaknya selama beberapa hari awal pekan ini, para demonstran dengan bebas mengekspresikan kemarahannya terhadap Mubarak, hal ini belum pernah terjadi. Hari Kamis, para petugas berpakaian preman turun ke jalanan dan mengancam orang-orang yang berbicara kepada wartawan, ini adalah tanda-tanda para polisi itu telah kembali.

Seorang demonstran berbicara dengan VOA jauh dari jalanan. Ia mengatakan demonstrasi telah berlangsung terlalu jauh untuk dihentikan, dan ia berniat untuk kembali ke lapangan dan melanjutkan protes.

Demonstran lainnya mengatakan, "Kami orang Mesir. Kami berhati berani. Kami harus raih kebebasan kami. Ini adalah 30 tahun tanpa kebebasan di Mesir."

Pemerintahan Mubarak telah menyerukan dialog dengan pihak oposisi tetapi mengatakan negosiasi tidak bisa dimulai sampai protes berakhir. Pihak oposisi ingin presiden Mesir mundur, pergi ke luar negeri, atau diadili.

Mubarak telah berupaya untuk menenangkan para demonstran dengan mengumumkan ia tidak akan dipilih kembali dalam pemilu. Para demonstran berencana melakukan protes besar lainnya di Kairo pada hari Jumat, hari dimana mereka ingin Mubarak mundur.