Clinton: AS akan Dukung Kenya Selenggarakan Pemilu

Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Rodham Clinton bertemu Presiden Kenya Mwai Kibaki di Nairobi, Kenya, hari Sabtu (foto, 4/8/2012).aturday, Aug. 4, 2012. (AP Photo/Jacquelyn Martin, Pool)

Dalam kunjungan di Nairobi, Menlu Hillary Clinton mengatakan pemerintah AS akan mendukung Kenya dalam menyelenggarakan pemilu yang bebas dan adil tahun depan.
Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton bertemu Presiden Kenya Mwai Kibaki, dan berjumpa secara terpisah dengan PM Raila Odinga dan pejabat-pejabat pemerintah lainnya, hari Sabtu. Pembicaraan berkisar tentang keamanan, peran Kenya di Somalia, dan pemilu yang akan datang.

Dalam pidatonya sebelum pertemuannya dengan panitia pemilu independen negara itu, Clinton mengatakan akan mendengarkan cara bagaimana Amerika dapat mendukung Kenya dalam proses pemilu tersebut.

"Bukan saja ini penting bagi rakyat Kenya, tetapi juga akan menjadi perhatian dunia. Saya sepenuhnya percaya bahwa Kenya berpeluang menjadi model bagi negara-negara lain, bukan saja di Afrika, tetapi di seluruh dunia," ujar Clinton.

Clinton juga bertemu para pemimpin Somalia, termasuk presiden pemerintahan peralihan, Sheikh Sharif Sheikh Ahmed, untuk membahas transisi politik negara itu. Ia diduga akan menekan mereka untuk merampungkan masa transisi tersebut secara tepat waktu.

"Kami berbesar hati dengan kemajuan yang dicapai oleh para pemimpin Somalia dalam memenuhi segala persyaratan yang tercantum dalam peta jalan, menjelang tenggat waktu 20 Agustus mendatang. Saya akan dengan gembira merundingkannya dengan presiden dan pejabat-pejabat lain berkenaan dengan tugas-tugas lain yang harus diselesaikan," ujar Clinton lagi.

Para pemimpin Somalia mesti memilih sebuah parlemen baru dan presiden sebelum mandat PBB bagi pemerintahan transisi berakhir tanggal 20 Agustus mendatang. Clinton sebelumnya telah mengancam akan mengenakan sanksi-sanksi terhadap siapapun yang akan menyabotase proses itu. Clinton juga menyambut baik berita bahwa Sudan Selatan dan Sudan telah mencapai persetujuan mengenai masalah minyak, menyusul kunjungannya ke Juba, hari Jumat.

Ia mengatakan, "Persetujuan ini mencerminkan kepemimpinan dan semangat baru kompromi di kedua pihak. Saya terutama memuji keberanian pemimpin Republik Sudan Selatan dalam mengambil keputusan ini. Sebagaimana yang saya katakan di Juba kemarin, kepentingan rakyat Sudan Selatan benar-benar dipertaruhkan."

Sudan Selatan menghentikan produksi minyak Januari lalu karena berselisih dengan Sudan mengenai tarif untuk menyalurkan minyak melalui pipa-pipa milik Sudan.