Satu tahun setelah Amerika Serikat mundur dari kesepakatan nuklir Iran yang dicapai pada 2015, Washington memberlakukan sanksi-sanksi terhadap sektor-sektor logam Iran, sementara ketegangan antara kedua negara meningkat. Di Teheran, Rabu (8/5), Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, negaranya akan menghentikan kepatuhannya terhadap larangan-larangan tertentu yang diberlakukan sebagai bagian dari kesepakatan nuklir itu.
Hanya beberapa jam setelah presiden Iran mengumumkan ia akan berhenti mematuhi sebagian dari ketentuan dalam kesepakatan nuklir, Presiden Donald Trump mengumumkan sanksi-sanksi baru terhadap produk-produk ekspor Iran dari sektor-sektor besi, baja, alumunium, dan tembaga.
Ketegangan semakin meningkat setelah sebuah formasi tim serang angkatan laut AS dan sebuah satuan tugas pembom dikerahkan ke Timur Tengah menyusul pernyataaan sejumlah pejabat AS mengenai adanya ancaman yang kredibel dari Iran.
Your browser doesn’t support HTML5
Sebelumnya Rabu di London, Menlu AS Mike Pompeo tidak memandang penting pengumuman Iran tersebut, dan mengatakan bahwa pengumuman itu tidak jelas.
"Kita masih harus menunggu dan melihat apa tindakan-tindakan Iran sesungguhnya. Mereka pernah membuat sejumlah pernyataan mengenai tindakan-tindakan yang mereka ancam akan dilakukan untuk membuat dunia terkejut. Kita lihat saja apa yang mereka akan lakukan. Amerika Serikat akan menunggu untuk mengamati itu,” jelasnya.
Menlu Inggris Jeremy Hunt menyebut kesepakatan nuklir tersebut sebuah prestasi penting, dan memperingatkan Teheran untuk tidak melanggarnya.
"Jadi, kami mendesak Iran untuk berpikir panjang dan keras sebelum melanggar kesepakatan itu. Ini bukan kepentingan siapapun. Ini jelas bukan kepentingan mereka. Karena kalau mereka tidak bisa menahan diri, negara-negara tetangganya juga akan demikian,” jelasnya.
Sejumlah pejabat AS mengatakan, para penguasa Iran secara finansial tertekan dan berada dalam posisi yang lebih lemah sejak AS mundur dari kesepakatan nuklir itu setahun lalu. Utusan khusus AS untuk Iran, Brian Hook, mengatakan, AS berharap dapat menegosiasikan kesepakatan baru dengan Iran jika para pemimpin negara itu memilih jalan baru.
"Jika para ulama di Teheran memilih, sesuai tuntutan rakyat Iran, untuk mematuhi aturan, menghormati kedaulatan-kedaulatan negara-negara tetangga mereka, dan mematuhi kewajiban dan komitmen internasionalnya, Amerika Serikat akan siap dan bersedia untuk berunding,” kata Brian Hook.
Rusia menyalahkan AS karena secara paksa menempatkan Iran pada situasi sulit, dan menyerukan negara-negara Eropa yang menjadi penandatangan kesepakatan nuklir Iran itu untuk memenuhi kewajiban-kewajiban mereka. [ab]