Departemen Kehakiman Amerika hari Kamis (26/1) mengumumkan berhasil membongkar jaringan ransomware internasional yang telah memeras lebih dari US$100 juta dari ratusan korban di seluruh belahan dunia. Keberhasilan ini dicapai setelah Biro Penyidik Federal (FBI) melancarkan infiltrasi selama berbulan-bulan.
Kelompok yang dikenal sebagai “Hive” menarget lebih dari 1.500 korban, termasuk rumah sakit, distrik sekolah dan perusahaan keuangan di lebih dari 80 negara. Para pejabat Departemen Kehakiman mengatakan korban terbaru yang menjadi sasaran sekitar dua minggu lalu berada di Florida.
Dalam sebuah terobosan, agen-agen FBI yang dibekali surat perintah pengadilan menyusup ke jaringan komputer "Hive" pada Juli 2022, secara diam-diam mengambil kode-kode utama deskripsi dan menawarkannya kepada para korban, menyelamatkan pembayaran uang tebusan bernilai US$130 juta.
Dalam konferensi pers hari Kamis, Jaksa Agung Merrick Garland mengatakan, “Kejahatan di dunia maya atau cybercrime adalah ancaman yang terus berkembang. Tetapi seperti yang telah saya katakan sebelumnya, Departemen Kehakiman tidak akan segan-segan menempatkan sumber daya untuk mengidentifikasi dan mengadili siapa pun, di mana pun, yang menarget Amerika dengan serangan ransomware.”
BACA JUGA: AS Dakwa Tiga Peretas Iran dalam Kasus Peretasan 'Gaya Ransomware'Bekerjasama dengan penegak hukum Jerman dan Belanda, FBI pada hari Rabu (25/1) menutup server yang mendukung jaringan “Hive.”
“Sederhananya, dengan menggunakan cara yang sah, kami meretas para peretas!” tegas Wakil Jaksa Agung Lisa Monaco.
Meskipun tidak ada penangkapan yang dilakukan sehubungan dengan penutupan server itu, Direktur FBI Christopher Wray memperingatkan siapa pun yang terlibat dengan “Hive” seharusnya surut langkah karena penyelidikan masih terus berlangsung.
Pejabat-pejabat Departemen Kehakiman mengatakan afiliasi “Hive” menarget entitas infrastruktur strategis Amerika. Saat puncak pandemi COVID-19 pada Agustus 2021, afiliasi “Hive” menyerang jaringan rumah sakit di Midwest, membuat fasilitas medis tidak dapat menerima dan merawat pasien baru, ujar Garland. Jaringan rumah sakit itu baru dapat beroperasi normal kembali setelah membayar sejumlah uang tebusan.
Pembongkaran jaringan ransomware “Hive” ini merupakan langkah terbaru pemerintahan Biden dalam serangkaian serangan ransomware yang terus meningkat dan merugikan bisnis serta organisasi-organisasi yang ada hingga miliaran dolar.
Jaringan Penegak Hukum Kejahatan Keuangan di Departemen Keuangan Amerika (FinCen) pada November lalu melaporkan sejumlah bank dan institusi finansial Amerika telah memproses hampir US$1,2 miliar pembayaran uang tebusan kepada tersangka ransomware pada tahun 2021 lalu, atau berarti hampir dua kali lipat jumlah uang tebusan yang dibayarkan pada tahun 2020.
Ditambahkan, hampir 75% serangan ransomware yang dilaporkan pada tahun 2021 memiliki hubungan dengan Rusia, dan proksi atau orang-orang yang bertindak atas namanya.
Menurut FinCen, lima piranti yang digunakan ransomware untuk mendapatkan uang tebusan terbanyak terkait dengan aktor-aktor dunia maya di Rusia.
Namun pejabat-pejabat Amerika itu tidak mengatakan apakah “Hive” ada kaitan apapun dengan Rusia.
Pemerintah Biden menilai serangan ransomware tidak sekedar sebagai “ isu biasa” yang mempengaruhi warga Amerika, tetapi mulai meningkat menjadi ancaman terhadap keamanan nasional yang memerlukan tanggapan terkoordinasi. [em/lt]