Untuk pertama kali sejak pandemi virus corona merebak di AS, negara ini mencatat lebih dari 100 ribu kasus baru terkukuhkan pada hari Rabu (4/11), sebut Proyek Pelacakan COVID yang disponsori majalah The Atlantic.
AS mengalami pelonjakan lagi kasus virus corona, khususnya di bagian tengah dan kawasan Great Plain yang merupakan wilayah luas di bagian tengah dan barat Amerika. Proyek itu Rabu juga mencatat lebih dari 50 ribu kasus dirawat inap di berbagai penjuru AS untuk hari kedua berturut-turut.
Pandemi ini juga melanda benua Eropa untuk kedua kalinya.
Di Italia, PM Giuseppe Conte telah meluncurkan sistem baru tiga tingkat yang akan menetapkan berbagai level restriksi untuk menghentikan perebakan kembali COVID-19 di negaranya.
BACA JUGA: Tentara Italia Bantu Uji Medis Covid-19 di RomaSistem ini membagi 20 wilayah Italia menjadi tiga zona: merah, oranye dan kuning. Merah mengindikasikan daerah paling terbatas dan kuning yang paling rendah pembatasannya. Conte mengatakan wilayah-wilayah utara, Lombardy dan Piedmont serta Valle d’Aosta dan Calabria di selatannya, akan masuk zona merah, di mana warga tidak akan diizinkan meninggalkan rumah kecuali untuk bekerja atau alasan medis.
Kawasan Puglia dan Pulau Sisilia di selatan telah ditetapkan masuk zona oranye. Warga di sana dapat bergerak bebas di dalam kota mereka, tetapi tidak dapat keluar dari sana, sementara bar dan restoran terbatas untuk layanan pesan antar atau dibawa pulang.
Seluruh Italia dikenai jam larangan keluar rumah dari pukul 10 malam hingga pukul 5 pagi, sementara museum dan pusat-pusat perbelanjaan ditutup pada akhir pekan. SMA juga kini diselenggarakan daring.
Pembatasan baru itu berlaku mulai Jumat (6/11) hingga 3 Desember. Italia bergabung bersama Inggris, Jerman dan Belgia dalam memberlakukan PSBB ketat untuk menghentikan penyebaran virus.
BACA JUGA: Dunia Catat Lebih dari 1,2 Juta Kematian Karena COVID-19Perebakan baru wabah di Eropa bukan hanya berdampak pada warga. PM Denmark Mette Frederiksen, Rabu (4/11) mengumumkan bahwa pemerintah akan membantai 15 juta cerpelai di negara itu untuk meminimalkan risiko penularan COVID-19 ke manusia.
Frederiksen mengatakan suatu laporan dari badan pemerintah yang memetakan virus corona telah mengidentifikasi mutasi virus itu dari 12 orang yang terinfeksi. Denmark adalah salah satu produsen terbesar bulu cerpelai di dunia. [uh/ab]