AS dan China mengakhiri pembicaraan militer selama dua hari di Washington pada Selasa (9/1), kata Pentagon. Ini adalah dialog terbaru sejak kedua negara sepakat untuk memulai kembali hubungan antarmiliter kedua negara.
Washington dan Beijing berselisih mengenai semua hal mulai dari masa depan Taiwan yang berpemerintahan demokratis hingga klaim teritorial di Laut China Selatan. Hubungan kedua negara masih dalam pemulihan setelah AS menembak jatuh balon mata-mata China pada bulan Februari.
Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping pada akhir tahun lalu setuju untuk memulai kembali hubungan militer, yang diputus oleh Beijing setelah kunjungan ketua DPR AS ketika itu, Nancy Pelosi, ke Taiwan.
Pembicaraan putaran ke-17 itu diikuti Michael Chase, Deputi Asisten Menteri Pertahanan urusan China, Taiwan dan Mongolia, dan Mayjen Song Yanchao, deputi Direktur Kantor Komisi Militer Pusat China untuk urusan kerja sama militer internasional, kata Pentagon.
“Kedua pihak membahas hubungan pertahanan AS-China, dan Chase menyoroti pentingnya mempertahankan jalur komunikasi militer-ke-militer yang terbuka untuk mencegah persaingan berkembang menjadi konflik,” kata pernyataan Pentagon.
BACA JUGA: Jual Senjata ke Taiwan, China akan Jatuhkan Sanksi kepada 5 Perusahaan ASPara pejabat Pentagon mengatakan komunikasi antara kedua militer merupakan kunci untuk mencegah salah perhitungan berubah menjadi konflik.
Jenderal Charles Q. Brown, ketua Kepala Staf Gabungan AS mengadakan pertemuan virtual bulan lalu dengan sejawatnya dari China Jenderal Liu Zhenli.
China bersedia membangun hubungan antarmiliter yang sehat dan stabil dengan AS “yang berbasis kesetaraan dan respek,” kata kementerian pertahanannya dalam sebuah pernyataan hari Rabu, mengenai pertemuan pada Selasa.
Kementerian Pertahanan China mendesak AS agar mengurangi pengerahan militer dan “tindakan provokatif” di Laut China Selatan, serta menghentikan dukungan untuk tindakan semacam itu oleh “beberapa negara tertentu,” tetapi tidak merincinya.
BACA JUGA: Dua Kapal China Bayangi Kapal Filipina dan ASKementerian tersebut juga meminta AS untuk mematuhi prinsip satu China dan berhenti mempersenjatai Taiwan, yang diklaim China sebagai teritorinya terlepas dari pernyataan keberatan China, dan bertekad tidak akan pernah berkompromi mengenai isu tersebut.
“AS harus memahami sepenuhnya akar penyebab isu-isu keamanan udara dan maritim, secara ketat membatasi pasukan garis depannya, dan berhenti membesar-besarkan masalah tersebut,” tambahnya.
Taiwan mengadakan pemilihan presiden dan parlemen akhir pekan ini di tengah-tengah meningkatnya perang kata-kata antara Taiwan dan China.
Para pejabat AS telah memperingatkan bahwa meskipun ada pemulihan komunikasi militer, mengadakan dialog yang benar-benar berfungsi antara kedua pihak akan memakan waktu. [uh/ab]