Presiden AS Joe Biden dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy akan menandatangani sebuah kesepakatan pertahanan dan keamanan jangka panjang pada Kamis (13/6) di sela KTT G7 Negara di Italia.
Penandatanganan kesepakatan itu, kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan, menunjukkan pada Rusia tekad AS mempertahankan Ukraina.
“Jika Vladimir Putin berpikir dia bisa mengalahkan koalisi yang mendukung Ukraina, maka dia salah,” kata Sullivan. Ia menambahkan bahwa kesepakatan tersebut, yang sudah ditandatangani oleh 15 negara lainnya, tidak akan menjanjikan penempatan pasukan AS di Ukraina guna melawan invasi Rusia.
BACA JUGA: Biden akan Dorong Penggunaan Bunga dari Aset Beku Rusia untuk Bantu Ukraina“Kami akan terus meningkatkan biaya untuk mesin perang Rusia,” kata juru bicara keamanan nasional AS, John Kirby, pada Selasa (11/6). “Kami akan mengumumkan langkah-langkah baru untuk membuka aset-aset Rusia yang dibekukan untuk membantu Ukraina dan membantu mereka membangun kembali dari kehancuran yang disebabkan oleh tentara Putin.”
Will Pomeranz, direktur Wilson Center's Kennan Institute, mengatakan kepada VOA bahwa berdasarkan laporan yang ada, Uni Eropa telah memutuskan untuk menyita sejumlah aset milik Rusia di bank-bank yang tersebar di Eropa dan mendistribusikan aset-aset tersebut kepada Ukraina.
“Hal ini telah menjadi tantangan besar bagi institusi finansial Barat,” ujarnya karena mereka menyadari beberapa negara lainnya akan enggan untuk melanjutkan bisnis dengan mereka akibat keputusan penyitaan aset tersebut. Pomeranz menambahkan bahwa langkah yang diambil Uni Eropa itu merupakan awal dari pendistribusian aset Rusia kepada Ukraina.
Para pemimpin G7 juga berencana untuk memanfaatkan KTT kali ini untuk menanggapi sejumlah tantangan, termasuk perang di Timur Tengah, ketidakseimbangan perdagangan dengan China, isu kecerdasan buatan, dan migrasi. [jm/ka/rs]
Beberapa informasi dalam laporan ini diambil dari the Associated Press, Reuters dan Agence France-Presse.