Presiden Biden juga akan menggalang konsensus untuk mengatasi tantangan-tantangan global, seperti pendanaan infrastruktur, kecerdasan buatan, dan “kelebihan kapasitas” China dalam produksi teknologi ramah lingkungan. Namun, pergeseran lanskap politik Eropa bisa menghambat rencananya.
Sementara pasukan Rusia terus bergerak maju di medan perang di Ukraina, dan wajib pajak Amerika dan Eropa semakin terbebani oleh pendanaan perang, AS ingin agar negara-negara industri maju yang tergabung dalam G7, memberi pinjaman $50 miliar (sekitar Rp809 triliun) kepada Kyiv, yang akan dikembalikan dengan menggunakan bunga dari sekitar $280 miliar (Rp 4.562 triliun) aset Rusia yang dibekukan di lembaga-lembaga keuangan Barat.
Biden berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Paris minggu lalu.
“Amerika Serikat akan mendukung Anda. Anda adalah benteng pertahanan melawan agresi yang sedang terjadi,” kata Biden.
Setelah melipatgandakan tarif untuk kendaraan listrik China dan sektor-sektor penting lainnya bulan lalu, Biden kini ingin G7 membendung upaya Beijing yang membanjiri pasar global dengan ekspor murah dalam industri-industri tersebut.
“Penting bagi kita dan semakin banyak negara lain yang menganggap ini sebagai keprihatinan, untuk menyatakan sikap yang jelas dan bulat bersatu,” ujar Menteri Keuangan AS Janet Yellen.
Namun, kemenangan partai-partai ekstrem kanan dalam pemilu Parlemen Eropa pada akhir pekan lalu memperlemah posisi Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz, sehingga menambah ketidakpastian pada sikap G7 terhadap Rusia dan China.
Ursula von der Leyen sedang berjuang untuk tetap menjadi presiden Komisi Eropa untuk masa jabatan berikutnya. Jika ia berhasil, Eropa diperkirakan akan tetap kuat menghadapi Rusia dan China.
“Namun, faktor yang tak terduga adalah pemilu di Prancis, pemilu cepat yang diumumkan Emmanuel Macron setelah kekalahannya dalam pemilihan Parlemen Eropa. Jika (kelompok) sayap kanan masuk ke pemerintahan Prancis, maka kita akan mengalami kesulitan, tidak hanya dalam hal dukungan bagi Ukraina, tetapi juga terkait China,” jelas Liana Fix, peneliti untuk Eropa di lembaga kajian Council on Foreign Relations, melalui wawancara Skype.
Tuan rumah G7, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, mengundang Paus Fransiskus untuk menyoroti “Rome Call for AI Ethics” (Seruan Roma bagi Etika AI, alias kecerdasan buatan), mendesak pemerintah dan perusahaan untuk mematuhi prinsip-prinsip Etika AI.
Fokus lain dalam kepemimpinan Meloni di G7 adalah pembatasan migrasi ke Eropa melalui investasi di Afrika.
Inisiatif tersebut sejalan dengan program Partnership for Global Infrastructure and Investment (Kemitraan G7 untuk Infrastruktur dan Investasi Global), yang bertujuan memobilisasi dana infrastruktur swasta $600 miliar (Rp 9.776 triliun) hingga tahun 2027 untuk menandingi Inisiatif Sabuk dan Jalan China.
Kemenangan partai ekstrem kanan Meloni, Brothers of Italy, dalam pemilihan Parlemen Eropa telah mengonsolidasikan kekuasaannya.
"Saya bangga bahwa negara ini hadir di G7 di Eropa dengan pemerintahan yang terkuat di antara semuanya,” kata Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni.
Biden bertolak ke Italia pada Rabu (12/6), sehari setelah putranya, Hunter Biden, divonis bersalah atas dakwaan federal terkait kepemilikan senjata api pada tahun 2018 sewaktu ia kecanduan narkoba. [br/ka]
Forum