Amerika Serikat (AS) mengajak Indonesia untuk bergabung dalam kemitraan multinasional sebagai upaya untuk meningkatkan standar lingkungan hidup. Ajakan tersebut disampaikan seiring adanya pembahasan kesepakatan mineral penting antara kedua negara, kata seorang pejabat senior AS, Senin (15/7).
Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Pertumbuhan Ekonomi, Energi, dan Lingkungan, Jose Fernandez, berbicara dengan pemerintah mengenai Kemitraan Keamanan Mineral atau MPS, sebuah kolaborasi yang melibatkan 14 negara dan Uni Eropa, selama kunjungannya ke Jakarta pada pekan ini.
Fernandez menyampaikan dalam konferensi pers di Jakarta bahwa Kemitraan Keamanan Mineral akan memberikan peluang untuk meningkatkan standar lingkungan dan tata kelola di sektor mineral Indonesia. Kemitraan tersebut juga bertujuan untuk mempercepat pengembangan rantai pasokan mineral kritis yang berkelanjutan serta memfasilitasi dukungan keuangan dan diplomatik.
Pemerintah saat ini sedang mempromosikan Indonesia sebagai pusat produksi baterai dan kendaraan listrik. Indonesia memiliki banyak cadangan mineral seperti nikel, tembaga, dan bauksit.
BACA JUGA: Segudang Tantangan Mengadang Mimpi Indonesia Jadi Pemain Baterai EV DuniaSejak melarang ekspor bijih nikel yang belum diolah pada 2020, pemerintah memperluas industri pemrosesan nikelnya secara besar-besaran. Namun, para aktivis lingkungan menyalahkan industri tersebut atas terjadinya penggundulan hutan, polusi air, dan udara yang disebabkan oleh pabrik peleburan.
“Saya yakin hal ini akan menghasilkan lebih banyak investasi di Indonesia, dan bukan sekadar investasi, tapi investasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat, menjunjung tinggi undang-undang ketenagakerjaan, dan menjunjung tinggi undang-undang lingkungan hidup,” kata Fernandez.
Indonesia adalah salah satu dari tujuh negara yang akan didukung AS untuk menjadi hub semikonduktor, tambahnya.
Jakarta telah meminta Washington untuk membuat kesepakatan perdagangan mineral kritis, serupa dengan kesepakatan AS dengan Jepang.
Fernandez mengatakan diskusi antara kedua negara berjalan baik. Namun ia menolak memberikan batas waktu kapan kesepakatan itu dapat dicapai.
“Kami sangat puas dengan jalannya diskusi kami. Kami akan terus memperluas diskusi tersebut ke depan,” katanya. [ah/es]