AS Desak Para Pihak yang Bertikai di Afghanistan untuk Menahan Diri

Warga mengikuti salat Ied di luar sebuah masjid di Kabul, Afghanistan, 24 Mei 2020. Taliban mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari untuk merayakan Idul Fitri.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo memuji gencatan senjata sementara di Afghanistan sebagai "peluang luar biasa" untuk memajukan upaya perdamaian di negara yang dikoyak perang itu.

Pemberontak Taliban mengumumkan gencatan itu hanya beberapa jam sebelum libur Idul Fitri selama tiga hari dimulai Minggu (24/5), yang menandai berakhirnya bulan puasa Ramadan.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani kemudian melakukan hal yang sama dengan memerintahkan pasukan pemerintah untuk tidak bertempur selama libur Idul Fitri dan juga "memulai proses" untuk membebaskan hingga 2.000 tahanan Taliban.

"Kami bekerja keras untuk mencapai momen ini." kata Pompeo pada Minggu (24/5). Dia menyambut baik gencatan dalam perselisihan di Afghanistan yang telah menewaskan dan melukai ratusan orang dalam beberapa pekan belakangan.

Diplomat tertinggi AS itu menegaskan perlunya pemerintah Afghanistan dan para pemimpin Taliban untuk menahan diri dari kekerasan setelah Idul Fitri dan menmpercepat pertukaran tahanan untuk memuluskan perundingan perdamaian intra-Afghanistan.

"Perdamaian adalah keinginan besar dan konsisten dari rakyat Afghanistan. Kami harap gencatan senjata ini bisa membangun kepercayaan," kata Pompeo.

Dia menegaskan perlunya pemerintahan Ghani untuk mempercepat pertukaran tahanan dengan Taliban, menghapuskan hambatan satu-satunya yang menghalangi perundingan yang diusulkan itu.

Sebuah perjanjian penting antara AS-Taliban yang ditandatangai pada Februari, mengatur bahwa Kabul akan membebaskan hingga 5.000 tahanan Taliban dengan imbalan dibebaskannya 1.000 personel keamanan pemerintah yang ditahan oleh para pemberontak untuk membangun keyakinan bersama menjelang dialog. [vm/pp]