Para pejabat senior Amerika memberi gambaran yang sangat berbeda mengenai hari-hari terakhir AS di Afghanistan dan evakuasi tergesa-gesa lebih dari 124 ribu warga sipil, yang disebut oleh Presiden AS Joe Biden “luar biasa sukses.”
Sementara menyebut evakuasi melalui udara selama 18 hari itu “heroik” dan yang terbesar dalam sejarah AS, para pejabat juga membicarakan tentang kepedihan, kemarahan dan penyesalan mereka mengenai warga Afghanistan yang tertinggal, termasuk banyak di antaranya yang telah memenuhi syarat untuk mendapatkan Visa Imigran Khusus (SIV) AS.
BACA JUGA: Siapa Pengungsi Afghanistan yang Datang ke AS?“Saya ingin katakan itu mayoritas dari mereka,” kata seorang pejabat senior di Departemen Luar Negeri AS yang terlibat dalam operasi evakuasi, Rabu, ketika ditanya berapa banyak pelamar visa tersebut yang tidak berhasil pergi.
“Semua orang dihantui oleh pilihan-pilihan yang harus kami buat dan oleh orang-orang yang tidak mampu kami bantu,” kata pejabat itu. “Ini melibatkan sejumlah pertukaran dan pilihan yang sangat menyakitkan.”
BACA JUGA: Taliban Pamerkan Perangkat Militer AS“Sayangnya kami harus mulai memprioritaskan orang-orang yang kepada siapa kami memiliki kewajiban hukum yang pertama dan terutama, dan itu adalah sesama warga negara Amerika,” lanjutnya.
Para pejabat pertahanan juga menyatakan perasaan frustrasi mereka, meskipun ada pujian dari Menteri Pertahanan Lloyd Austin atas heroisme tentara yang mengawasi evakuasi.
“Tidak ada operasi yang selalu sempurna,” kata Austin kepada para wartawan dalam pernyataan terbuka pertamanya sejak perang AS di Afghanistan resmi berakhir.
BACA JUGA: Mayoritas Warga AS: Keputusan Penarikan Pasukan dari Afghanistan, Tepat“Program SIV jelas tidak dirancang untuk mengakomodasi apa yang kami baru lakukan,” lanjutnya. “Untuk tipe operasi yang baru saja kita akhiri, saya pikir kita memerlukan jenis kemampuan yang berbeda.”
Pejabat tertinggi militer AS juga berbicara blak-blakan.
“Sewaktu kita melihat apa yang terjadi selama 20 tahun ini dan selama 20 hari terakhir, itu menimbulkan kepedihan dan kemarahan,” kata Jenderal Mark Milley, ketua Gabungan Kepala Staf, kepada wartawan.
“Perang sangat sulit, kejam, brutal, tak kenal ampun. Dan ya, kita semua merasakan kepedihan dan kemarahan,” ujarnya.
Pentagon hari Rabu (1/9) menyatakan bahwa begitu pesawat AS terakhir lepas landas dari bandara Kabul, AS dan mitra-mitra koalisinya telah mengevakuasi total 124.334 warga sipil dari Afghanistan, termasuk hampir 6.000 warga Amerika.
BACA JUGA: Setelah Hampir 20 Tahun, Pasukan Terakhir AS Tinggalkan KabulMenurut para pejabat, sekitar 43 ribu orang yang dievakuasi itu sekarang ini berada di 14 pangkalan yang tersebar di sembilan negara, dengan 20 ribu warga Afghanistan lainnya berada di berbagai pangkalan di AS.
“Upaya kontraterorisme kita di Afghanistan dan kawasan selama 20 tahun telah melindungi rakyat Amerika dari serangan teroris,” kata Milley seraya menambahkan, “ini tidak sia-sia.”
“Lelaki dan perempuan dan anak-anak yang baru saja dievakuasi pada akhirnya akan menjadi peninggalan untuk membuktikan nilai pengorbanan kita,” lanjutnya. [uh/ab]