Presiden Amerika Barack Obama dan pemimpin-pemimpin Eropa mengancam akan mengenakan sanksi-sanksi baru terhadap Rusia, setelah gerilyawan pro-Rusia melancarkan sebuah serangan roket ke Mariupol – sebuah kota pelabuhan di Ukraina.
Dalam kunjungan kenegaraan ke India hari Minggu (25/1), Presiden Obama mengatakan akan “meningkatkan” tekanan terhadap Rusia terkait serangan sehari sebelumnya yang menewaskan sedikitnya 30 orang dan melukai lebih dari 80 lainnya, ketika serangan roket menghantam sebuah pasar dan gedung apartemen.
Beberapa pemimpin Eropa baru-baru ini merundingan kemungkinan melunakkan sanksi-sanksi ekonomi terhadap Rusia. Tetapi mantan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk yang kini mengetuai KTT Uni Eropa mengirim pesan melalui Twitter : “Sekali lagi, upaya meredakan ketegangan justru mendorong penyerang untuk melakukan tindak kekerasan yang lebih besar. Saatnya meningkatkan kebijakan kita berdasarkan fakta saja, bukan khayalan”.
Presiden Ukraina Petro Poroshenko mengatakan pembicaraan melalui radio dan telefon yang disadap Kyiv membuktikan bahwa kelompok separatis yang didukung Rusia bertanggungjawab terhadap serangan di Mariupol tersebut.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pasukan Ukraina bertanggungjawab atas meningkatnya pertempuran di Ukraina Timur dalam beberapa hari ini. Melalui telefon, Lavrov hari Minggu mengatakan kepada Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Federica Mogherini bahwa Rusia ingin Uni Eropa mendesak Ukraina untuk berunding dengan kelompok separatis guna mewujudkan perjanjian gencatan senjata bulan September lalu, yang kerap dilanggar.