Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berharap dapat menggunakan ajang KTT AS-ASEAN di Phnom Penh pada pekan depan untuk memperkuat hubungan ekonomi dan kenetralan diplomatik di kawasan. ASEAN menjadi medan pertempuran geopolitik antara Amerika dan China itu.
Tawaran Biden untuk memperkuat aliansi strategis itu muncul beberapa bulan setelah Gedung Putih menjadi tuan rumah pertemuan puncak para pemimpin ASEAN yang mengamati janji Amerika di kawasan itu. Namun, para analis yang berbicara setelah pertemuan di Washington, pesimistis bahwa diplomasi tingkat tinggi akan membatasi pengaruh Beijing di ASEAN, sebuah sentimen yang tidak berubah menjelang pertemuan 12 November dari 10 negara blok Asia Tenggara.
BACA JUGA: Membendung Perang Pengaruh AS-China di ASEAN“Itu karena China adalah mitra ekonomi yang penting bagi kawasan dan China juga menjalin kerja sama di banyak bidang fungsional dengan ASEAN, banyak di antaranya sudah dilembagakan,” kata Joanne Lin Weiling, koordinator Pusat Studi ASEAN di Institut Yusof Ishak ISEAS yang berpusat di Singapura.
Ia mencatat bahwa aliansi strategis Biden di kawasan itu sebagian besar dimaksudkan untuk melawan China. Hal ini membuat tidak nyaman bagi para anggota ASEAN seperti Laos, Myanmar dan Kamboja, yang memiliki “ikatan dan hubungan yang sangat kuat dengan China,” katanya. Ia menambahkan “ASEAN tidak mengecualikan China dalam pendekatannya ke Indo-Pasifik.”
Namun, pemerintahan Biden berharap mendapat mitra yang mau menerima di kerja sama di bidang maritim, pembangunan berkelanjutan, hubungan transportasi dan prasarana, serta hubungan ekonomi, dan kemungkinan akan menghindari masalah yang menimbulkan konflik nyata dengan Beijing. [ps/ah]