AS: Janji Taliban untuk Persilahkan Warga Afghanistan Pergi 'Positif'

Pasukan Taliban memblokir jalan di sekitar bandara di Kabul, Jumat, 27 Agustus 2021.

Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (28/8) memuji komitmen Taliban yang menyatakan tidak ada seorang pun yang akan dicegah keluar dari Afghanistan setelah 31 Agustus. Itu adalah tenggat yang diberlakukan oleh Presiden AS Joe Biden untuk mengeluarkan semua tentara AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) dari negara itu.

Zalmay Khalilzad, utusan AS urusan perdamaian Afghanistan, menyampaikan pernyataan itu sehari setelah seorang pemimpin Taliban mengatakan dalam pidato di televisi bahwa warga Afghanistan yang punya dokumen dan paspor yang sah akan dibebaskan untuk melakukan pergi ke negara pilihan mereka -- lewat udara ataupun darat -- selepas tenggat tersebut.

“Pernyataan itu positif. Kami, sekutu kami, dan masyarakat internasional akan mendesak mereka untuk mematuhi komitmen itu," tulis Khalilzad lewat Twitter.

Pidato Sher Mohammad Abbas Stanikzai, wakil kepala komisi politik Taliban yang berbasis di Qatar pada Jumat (27/8), bertujuan untuk meredam kekhawatiran bahwa gerakan Islamisnya mungkin tidak akan mengizinkan warga AS, warga Afghanistan, serta warga negara lain yang pernah bekerja dengan pasukan asing, untuk keluar dari negara itu setelah 31 Agustus.

“Biarkan pasukan asing mundur dulu ... dan lalu kompatriot kami -- apakah mereka pernah bekerja dengan AS atau tidak -- biarkan mereka meninggalkan negara itu kalau mereka mau dan untuk alasan apapun. Semua bandara, terutama bandara Kabul, akan terbuka untuk perjalanan mereka," kata Stanikzai.

Ribuan orang, termasuk wartawan, mantan pejabat pemerintah dan aktivis masyarakat madani, kesulitan untuk bisa naik pesawat dari bandara internasional di ibukota Afghanistan, sebelum tenggat waktu itu.

Pada Kamis (26/8), seorang pengebom bunuh diri meledakkan diri di perimeter bandara Kabul. Peristiwa itu menewaskan sekitar 170 orang, termasuk 13 tentara AS. Sebuah afiliasi ISIS di Afghanistan mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. [vm/ft]