Departemen Pertahanan Amerika hari Jumat (27/8) mengatakan serangan di luar bandara Kabul, Afghanistan, pada hari Kamis (26/8) dilakukan oleh seorang pembom bunuh diri, bukan dua sebagaimana yang diyakini sebelumnya. Serangan itu menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk 13 tentara Amerika.
“Tidak mengherankan jika kekacauan peristiwa yang sangat dinamis seperti ini kadang-kadang menyebabkan adanya kesalahan informasi atau kekacauan,” ujar Jenderal Angkatan Darat Hank Taylor dalam konferensi pers di Pentagon.
Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan Amerika percaya ada ancaman “yang spesifik dan kredibel” terhadap bandara; dan bahwa “kami tentu siap dan memperkirakan akan ada upaya (teror.red) di masa depan.”
Terlepas dari risiko itu, kerumunan orang yang putus asa untuk meninggalkan Afghanistan tetap berkumpul di bandara sejak Jumat pagi ketika penerbangan evakuasi dimulai kembali, kurang dari satu hari setelah pemboman yang menelan korban jiwa itu.
Suratkabar The Wall Street Journal melaporkan massa membubarkan diri Jumat malam di tengah desas-desus bahwa akan terjadi serangan teror lain.
Wartawan VOA yang datang ke lokasi Jumat (27/8) malam melihat sebagian besar jalan-jalan kosong, sementara petugas keamanan Taliban memblokir jalan-jalan di dekat bandara.
Presiden Amerika Joe Biden bertekad akan meminta pertanggungjawaban terhadap serangan di luar bandara Kabul yang menewaskan sedikitnya 13 tentara Amerika dan puluhan warga sipil yang berkumpul dengan harapan dapat meninggalkan negara yang kini dikuasai Taliban itu.
“Kepada mereka yang melakukan serangan ini, juga mereka-mereka yang ingin mencelakakan Amerika, ketahuilah : kami tidak akan memaafkan, kami tidak akan lupa, kami akan memburu dan meminta pertanggungjawaban Anda,” tegas Biden dalam pidato Kamis sore.
Kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu lewat pernyataannya di saluran Telegram, beberapa jam setelah serangan bom bunuh diri di sepanjang perimeter Bandara Internasional Hamid Karzai.
Sekitar 105.000 orang telah meninggalkan Afghanistan dengan berbagai penerbangan evakuasi sejak 14 Agustus lalu, sehari sebelum Taliban memasuki Kabul.
Menurut seorang pejabat Gedung Putih, sejak akhir Juli lalu sudah 110.600 orang yang meninggalkan negara itu. (em/pp)