Amerika Serikat telah mengakhiri keikutsertaan Turki dalam program jet tempur F-35. Keputusan yang diumumkan hari Rabu itu merupakan respons atas pembelian sistem pertahanan S-400 Rusia oleh Turki. Gedung Putih menyebutkan dalam suatu pernyataan bahwa Turki tetap menjadi mitra strategis yang penting dan bahwa kerjasama keamanan akan berlanjut.
Pengumuman Gedung Putih mengenai dikeluarkannya Turki dari program jet tempur F-35 itu muncul hanya beberapa hari setelah kiriman pertama S-400 tiba di Turki. Beberapa bagian dari sistem pertahanan Rusia itu diterbangkan ke sebuah pangkalan militer di dekat ibukota Turki, Ankara, hari Jumat (18/7), mengukuhkan transaksi yang ditentang Washington.
Para pejabat Pentagon, Rabu (17/7) menyatakan bahwa Amerika Serikat telah memperingatkan anggota NATO itu mengenai konsekuensi-konsekuensi pembelian tersebut.
Ellen M Lord, Wakil Menteri Pertahanan Urusan Pengadaan dan Pemeliharaan mengemukakan, "Pembelian S-400 oleh Turki tidak konsisten dengan komitmen-komitmennya terhadap NATO dan akan berdampak buruk bagi interoperabilitas Turki dengan sekutu.”
BACA JUGA: Turki Terima Kiriman Pertama Sistem Pertahanan Misil S-400 RusiaPresiden Amerika Donald Trump, Selasa (16/7) menyalahkan pemerintahan sebelumnya yang menolak menjual rudal Patriot ke Turki, dan karena itu memaksa sekutu lama Amerika ini mencari senjata ke tempat lain.
Presiden Trump ketika itu mengatakan, "Ini situasi sangat sulit yang dihadapi Turki, dan ini situasi yang sangat sulit bagi kami, Amerika Serikat.”
Turki sebelumnya adalah kontributor finansial bagi program pembuatan F-35. Sebagian suku cadang jet tersebut diproduksi di Turki, dan pilot-pilot Turki telah belajar menerbangkan pesawat itu di Amerika Serikat. Ini semua sekarang diakhiri di tengah-tengah kekhawatiran bahwa sistem Rusia di Turki akan memungkinkan para teknisi Rusia mengumpulkan intelijen mengenai sistem siluman jet tempur berteknologi canggih itu.
Your browser doesn’t support HTML5
David Trachtenberg, Deputi Wakil Menteri Pertahanan Amerika bidang Kebijakan, mengemukakan, "Meskipun keputusan Turki sangat disayangkan, memastikan keamanan dan integritas program F-35, serta kemampuannya yang tersedia bagi mitra-mitra kami, masih merupakan prioritas utama kami.”
Ada pula kekhawatiran bahwa transaksi Turki dengan Rusia itu akan melemahkan kekuatan dan persatuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Para pejabat Pentagon Rabu menyatakan bahwa Turki masih tetap menjadi sekutu penting Amerika dan NATO.
Trachtenberg menambahkan,"Amerika Serikat menilai tinggi kemitraan strategis kami dengan Turki. Hal tersebut masih tetap, tidak berubah.”
Turki telah menjadi anggota NATO selama lebih dari enam dekade. Tetapi Turki terus menjauh dari sekutu-sekutu Baratnya sejak kudeta yang gagal terhadap presiden otoriter di negara itu, Recep Tayyip Erdogan, pada tahun 2016. Kudeta itu mendorong penangkapan ratusan perwira militer Turki yang memiliki hubungan dekat dengan mitra-mitra NATO. [uh/lt]