AS Khawatir Kedatangan Pasukan Rusia Mengarah pada Kehadiran Senjata Nuklir di Belarus

Presiden Belarus Alexander Lukashenko menghadiri pertemuan dengan pejabat militer negaranya di Minsk, Belarusia, pada 17 Januari 2022. (Foto: BelTA Pool Photo via AP/Nikolai Petrov)

Amerika Serikat (AS) khawatir kedatangan pasukan Rusia di Belarus untuk melakukan latihan akan menjadi kehadiran permanen, yang mengarah pada kehadiran senjata nuklir di negara itu, demikian kata pejabat senior Departemen Luar Negeri AS kepada reporter pada Selasa (18/1).

Pasukan militer Rusia sedang bergerak menuju Belarus setelah sekutu kuat Moskow Alexander Lukashenko, yang merupakan presiden Belarus, pada Senin (17/1) lalu mengumumkan kedua negara akan melakukan latihan militer pada bulan depan.

Langkah yang datang tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada negara-negara di kawasan itu, menambah ketegangan dengan pihak Barat seputar kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina, yang juga berbatasan dengan Belarus.

BACA JUGA: Jerman Siap Bayar Harga Mahal Untuk Bela Ukraina

Pejabat Amerika yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya itu mengatakan besarnya pasukan Rusia yang datang ke Belarus “di luar perkiraan kami atas sebuah latihan biasa.”

“Momentumnya juga harus dicatat, dan sudah tentu menimbulkan keprihatinan bahwa Rusia bermaksud menempatkan pasukan di Belarus dengan alasan latihan militer gabungan, namun sebenarnya berpotensi untuk menyerang Ukraina,” kata pejabat itu.

Pejabat itu mengatakan perubahan dalam konstitusi Belarus lewat referendum bulan depan akan memungkinkan kehadiran militer Rusia secara permanen.

“Draft dari konstitusi yang diubah itu menunjukkan Belarus merencanakan untuk mengijinkan kekuatan konvensional dan nuklir Rusia ditempatkan di wilayahnya,” demikian kata pejabat itu.

Hal itu akan merupakan sebuah “tantangan terhadap keamanan Eropa serta membutuhkan sebuah tanggapan,” kata pejabat itu.

BACA JUGA: Gedung Putih: Situasi terkait Rusia-Ukraina 'Sangat Berbahaya'

Belarus juga berbatasan dengan Polandia yang merupakan anggota NATO.

“Seiring waktu, Lukashenko semakin bergantung kepada Rusia untuk segala jenis bantuan. Dan kita tahu dia tidak memperoleh bantuan itu gratis,” kata pejabat AS tadi.

“Sudah jelas Rusia memanfaatkan kerentanan Lukashenko, dan mulai menagih hutang-hutang yang selama ini sudah terkumpul,” kata pejabat itu. [jm/em]