AS Khawatir Rencana Penjualan Misil Canggih Rusia ke Iran

Menlu AS John Kerry (kanan) menyampaikan keprihatinan AS dalam pembicaraan dengan Menlu Rusia, Sergei Lavrov baru-baru ini (foto: dok).

Pemerintah AS menyampaikan keprihatinan mengenai kemungkinan penjualan sistim pertahanan udara canggih Rusia jenis S-300 kepada Iran.

Pemerintahan Obama hari Senin (13/4) menyampaikan keprihatinan mengenai kemungkinan penjualan sistim pertahanan udara canggih Rusia jenis S-300 kepada Iran, setelah Presiden Vladimir Putin mencabut larangan penjualan misil itu kepada Iran.

Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengatakan pemerintah Amerika sebelumnya telah menyampaikan keberatan atas kemungkinan penjualan S-300 Rusia kepada Iran dan Menlu Amerika John Kerry “sempat menyampaikan keprihatinan ini kembali dalam pembicaraan baru-baru ini” dengan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.

Earnest mengatakan Rusia memahami Amerika menanggapi secara serius keselamatan dan keamanan sekutu-sekutunya di kawasan tersebut.

Sebelumnya hari Senin, situs pemerintah Rusia melaporkan Putin telah menandatangani keputusan presiden mencabut larangan penjualan S-300 kepada Iran.

Rusia menandatangani kontrak bernilai 800 juta dolar pada tahun 2007 untuk memasok Iran dengan lima baterai S-300. Tetapi Rusia membekukan kontrak itu tiga tahun kemudian setelah DK PBB memberlakukan sanksi-sanksi atas Iran.

Juru bicara Deplu Amerika Marie Harf hari Senin mengatakan bahwa mengirim misil-misil S-300 kepada Iran tidak melanggar sanksi-sanksi DK yang ada, tapi Amerika yakin “kini bukan saatnya” melakukan penjualan mengingat kekacauan di kawasan itu. Ia juga mengatakan Amerika tindak menganggap penjualan itu akan mempengaruhi persatuan enam negara besar yang sedang berunding dengan Iran.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov yang menjelaskan keputusan pencabutan larangan penjualan S-300 kepada Iran mengatakan mengingat kemajuan yang dicapai antara Iran dan negara P5+1 (Tiongkok, Perancis, Rusia, Inggris, Amerika plus Jerman) baru-baru ini dalam perundingan nuklir, alasan embargo internasional untuk memasok Iran dengan misil-misil S-300 dan larangan Rusia sendiri menjadi “hilang sepenuhnya”.

Lavrov menambahkan bahwa misil-misil S-300, “hanya (untuk) pertahanan, tidak bisa digunakan untuk tujuan menyerang dan tidak akan mengganggu keamanan negara manapun di kawasan tersebut termasuk Israel”.

Sementara itu, Menteri Intelijen Israel Yuval Steinitz hari Senin mengatakan, pencabutan larangan untuk memasok S-300 kepada Iran adalah “akibat langsung” atas “legitimasi” yang diperoleh Iran dari kesepakatan kerangka perjanjian nuklir. Ia menambahkan bahwa hal ini menjadi bukti bahwa Iran menggunakan pencabutan sanksi-sanksi untuk mempersenjatai diri dan bukannya meningkatkan kondisi kehidupan rakyatnya.