Dalam langkah yang belum pernah terjadi untuk semakin mengisolasi Iran, Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo mengukuhkan Amerika menetapkan Garda Revolusi Iran sebagai Organisasi Teroris Asing.
Mike Pompeo membuat pengumuman itu hari Senin (8/4) dari Departemen Luar Negeri, dan mengukuhkan ini adalah pertama kali Amerika menetapkan militer negara lain sebagai organisasi teroris asing.
Ia mengatakan, "penggunaan terorisme sebagai alat negara oleh pemerintah Iran menjadikannya berbeda secara fundamental dari pemerintah lain mana pun."
"Selama 40 tahun, Korps Garda Revolusi Republik Islam Iran (IRGC) aktif terlibat terorisme dan menciptakan, mendukung, dan mengarahkan kelompok-kelompok teroris lain. IRGC menyamar sebagai organisasi militer yang sah, tetapi seharusnya tidak satupun dari kita yang bisa dibodohi. IRGC terus melanggar undang-undang konflik bersenjata. Kelompok itu merencanakan dan melakukan serangan teror di seluruh dunia," tambahnya.
Penetapan Garda Revolusi itu disertai sanksi, termasuk pembekuan aset yang mungkin dimiliki IRGC dalam yurisdiksi Amerika, dan larangan bagi orang Amerika berbisnis dengan kelompok itu atau memberi dukungan materi untuk kegiatannya.
“Langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya itu, yang dipimpin oleh Departemen Luar Negeri, mengakui kenyataan bahwa Iran bukan hanya Negara Sponsor Terorisme, tetapi bahwa IRGC secara aktif berpartisipasi dalam, membiayai, dan mempromosikan terorisme sebagai alat kenegaraan. IRGC adalah sarana utama pemerintah Iran untuk mengarahkan dan mengimplementasikan kampanye teroris globalnya,” kata Presiden Donald Trump dalam sebuah pernyataan.
“Penunjukan ini akan menjadi yang pertama kalinya bahwa Amerika Serikat pernah menyebut bagian dari pemerintah lain sebagai FTO (Foreign Terrorist Organization). Ini menggarisbawahi fakta bahwa tindakan Iran secara fundamental berbeda dari tindakan pemerintah-pemerintah lain,” tambah Trump.
Iran hari Senin merespon dengan memasukkan pasukan militer Amerika dalam daftar kelompok terornya. Panglima Militer Iran Mayor Jenderal Mohammed Ali Jafari sebelumnya memperingatkan, pasukan Amerika di Timur Tengah "tidak akan lagi menikmati ketenangan" jika pemerintah Trump melanjutkan tindakannya terhadap IRGC.
Beberapa pejabat tinggi intelijen dan pertahanan Amerika diyakini menentang penetapan itu, karena khawatir garis keras Iran akan mendorong operasi melawan orang Amerika di luar negeri, terutama operasi khusus dan pasukan paramiliter. (lt/ka)