AS, NATO Prihatin dengan Peningkatan Militer Rusia di Suriah

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov (kanan) menyambut mitranya dari Iran, Mohammad Javad Zarif, di Moskow (17/8). (AP/Ivan Sekretarev)

Seorang pejabat tinggi pertahanan AS mengatakan bahwa Rusia telah mengangkuti dari udara logistik militer ke Suriah, dan menyebut kegiatan tersebut “tidak membantu.”

Amerika Serikat dan NATO telah menyatakan keprihatinan mereka atas laporan mengenai peningkatan kehadiran militer Rusia di Suriah.

Seorang pejabat tinggi pertahanan AS mengatakan kepada VOA bahwa Rusia telah mengangkuti dari udara logistik militer ke Suriah, dan menyebut kegiatan tersebut “tidak membantu.”

Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika John Kirby mengatakan kepada para wartawan, ia tidak dapat mengukuhkan peningkatan militer Rusia itu, tetapi bahwa “maksud Rusia di sini tidak jelas.” Ia mengatakan Menteri Luar Negeri John Kerry membicarakan masalah itu melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

“Ia menyatakan lagi keprihatinan kita mengenai laporan kegiatan militer Rusia – atau peningkatan – di Suriah dan menegaskan pandangan kita bahwa kalau laporan itu ternyata benar itu akan menimbulkan kekerasan yang lebih besar dan bahkan ketidakstabilan yang lebih besar di Suriah,” kata Kirby.

Juru bicara Gedung Putih Eric Schultz mengutarakan keprihatinan AS dalam komentarnya kepada para wartawan Rabu.

“Kita telah menegaskan bahwa pihak manapun, termasuk Rusia, yang menyediakan bantuan apapun kepada rezim Assad adalah keterlaluan,” kata Schultz.

Di Praha, Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengutarakan keprihatian serupa atas penempatan yang dilaporkan mengenai personel militer dan pesawat Rusia di Suriah.

“Ini tidak akan memberi kontribusi pada penyelesaian konflik itu,” kata Stoltenberg. “Saya kira sekarang penting mendukung semua usaha untuk menemukan solusi politik bagi konflik di Suriah.”

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan dalam pernyataan hari Rabu bahwa para pakar militer Rusia berada di Suriah untuk membantu militernya menguasai penggunaan persenjataan Rusia dan peralatan lain.