AS Pangkas Jumlah Pasukan di Afghanistan dan Irak Pertengahan Januari

Para tentara AS saat upacara serah terima pangkalan militer Taji dari pasukan koalisi pimpinan AS kepada pasukan keamanan Irak di utara Baghdad, Irak, 23 Agustus 2020.

Pentagon akan memulangkan lebih banyak personel tentara Amerika dalam beberapa minggu ke depan. Hal itu dilakukan setelah Presiden Amerika Donald Trump memerintahkan pemulangan sekitar dua ribu personel tentara dari Afghanistan dan 500 lainnya dari Irak sebelum pelantikan presiden pada 2021.

“Selambat-lambatnya pada 15 Januari, kekuatan pasukan kita di Afghanistan akan menjadi 2.500 personel. Pada saat yang sama, kekuatan pasukan kita di Irak juga akan menjadi 2.500 personel,” ujar penjabat Menteri Pertahanan Chris Miller kepada wartawan di Pentagon, Selasa (17/11).

Miller mengatakan pengurangan pasukan itu tidak “sama dengan perubahan dalam kebijakan atau tujuan Amerika” dalam perang global melawan terorisme dan akan dilakukan dengan cara yang tetap melindungi tentara, diplomat, pejabat intelijen dan sekutu-sekutu Amerika. Tidak ada sesi tanya jawab setelah pernyataannya itu.

Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien telah menyusun rencana serupa Oktober lalu, tetapi ketika itu Pentagon belum mengukuhkan informasi itu.

Miller mengatakan ia telah berbicara dengan sejumlah pemimpin utama untuk memberitahu perkembangan rencana Amerika itu, termasuk pada para pemimpin Kongres, Sekjen Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jenderal Jens Stoltenberg dan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.

NATO kini memiliki lebih banyak personel pasukan di Afghanistan dibanding Amerika Serikat. Para pejabat-pejabat militer mengatakan Pentagon menyerukan mereka untuk mempertahankan jumlah itu, meskipun Presiden Trump mengurangi jumlah pasukan Amerika.

Pasukan Amerika berhasil mengalahkan Taliban Afghanistan pada 2001 pasca invasi yang mendapat dukungan kuat publik setelah serangan teroris 11 September yang dilakukan Al Qaida, yang para pemimpinnya bersembunyi di Afghanistan. Namun, ketika perang berlanjut, opini publik Amerika berubah, dan Presiden Trump ketika memenangkan pemilihan presiden pada 2016 berjanji akan menarik Amerika dari konflik di luar negeri. [em/pp]