Militer Amerika mengatakan milisi Kurdi di Kobani masih mengendalikan “sebagian besar kota” di dekat perbatasan dengan Turki itu, dan melawan pengambilalihan kota tersebut oleh militan Negara Islam (ISIS).
Penilaian itu disampaikan di tengah serangan udara pimpinan Amerika yang semakin gencar terhadap ISIS di kota yang juga dikenal sebagai Ayn al-Arab itu dan sekitarnya, di tengah kekhawatiran bahwa kota itu bisa segera jatuh ke tangan militan.
Kepala pertahanan Kobani, Ismet Hasan, mengatakan kepada VOA bahwa Pasukan Perlindungan Rakyat Kurdi, yang dikenal sebagai YPG, semalam bertahan melawan kelompok militan dalam bentrokan sengit.
Ia menambahkan kelompok Negara Islam menerima bantuan dari kota Aleppo dan Raqqa di Suriah.
“Selama 25 hari kami bertahan melawan ISIS dengan senjata ringan, tetapi pejuang YPG dan warga Kobani bertempur dengan penuh tekad. Kami akan terus melawan teroris ISIS tetapi kami perlu senjata berat. Jika Amerika menyediakan senjata yang mampu melawan senjata berat mereka, seperti tank dan artileri, dan serangan udara terhadap ISIS terus dilanjutkan maka kami yakin mampu membunuh mereka semua,” papar Ismet Hasan.
Organisasi yang menamakan diri Syrian Observatory for Human Rights atau pemantau HAM Suriah yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa militan Negara Islam menguasai lebih dari sepertiga kota Kobani.
Setelah sebagian besar penduduk setempat mengungsi di Turki, pejuang Kurdi bersatu untuk mempertahankan kota itu dan meminta dukungan internasional. Tapi Turki mengatakan pihaknya tidak dapat diharapkan untuk melakukan operasi darat melawan Negara Islam sendirian.
Para pejabat Amerika dan NATO mengadakan pembicaraan di Turki pada hari Kamis dan Jumat ini.
Sementara itu, seorang pastor dan 20 orang Kristen yang diculik oleh kelompok militan di Suriah utara awal pekan ini telah dibebaskan.
Pejabat Katolik Roma di Yerusalem mengkonfirmasi bahwa Pastor Hanna Jallouf dibebaskan hari Kamis, empat hari setelah ia dan umatnya diculik dari desa Knayeh di dekat perbatasan Turki.
Pihak gereja mengatakan para penculik adalah para pejuang terkait al-Nusra Front, kelompok afiliasi al-Qaida di Suriah.
Juru bicara gereja itu mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa sandera orang Kristen lainnya juga dibebaskan.