Pejabat-pejabat yang mengawasi keamanan pemilu Amerika mengungkapkan rasa percaya diri sementara pemilih menuju tempat-tempat pemungutan suara (TPS) untuk memberikan suara, memilih presiden dan, di beberapa negara bagian, juga memilih senator dan anggota DPR.
Jutaan orang Amerika diperkirakan memberikan suara secara langsung pada hari Selasa, selain lebih dari 100 juta, yang memberikan suara melalui surat atau dalam pemungutan suara awal. Terlepas dari indikasi bahwa musuh-musuh Amerika akan mengganggu proses pemilu, bukti awal menunjukkan bahwa upaya semacam itu gagal memberikan dampak.
"Kami tidak memiliki indikasi bahwa musuh asing berhasil mengacau atau mengganggu pemilu," ujar penjabat Menteri Keamanan Dalam Negeri Chad Wolf dalam jumpa pers beberapa jam setelah TPS-TPS dibuka.
BACA JUGA: Pejabat Tinggi Keamanan AS Imbau Warga Sabar Menanti Penghitungan SuaraPejabat-pejabat Amerika mengakui setidaknya ada dua upaya meretas sistem yang dinilai penting untuk pemilihan dalam beberapa pekan ini, satu oleh Iran dan satu oleh Rusia.
Dalam kedua kasus itu, peretas bisa mencuri informasi yang terkait basis data pendaftaran pemilih. Peretas Iran berhasil menyusup ke basis data satu negara bagian dan menggunakan informasi itu sebagai bagian dari kampanye disinformasi. Namun, pejabat-pejabat hari Selasa mengatakan, serangan itu segera diatasi dan tidak akan memengaruhi hasil pemilihan.
"Tidak ada data pemilih yang diretas," ujar seorang pejabat senior di Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA) dalam wawancara telepon dengan wartawan, Selasa.
"Kami tetap percaya pada keamanan pemungutan suara, penghitungan suara, dan proses sertifikasi," kata pejabat itu, yang tidak mau namanya disebut.
Beberapa TPS melaporkan antrean panjang begitu dibuka. Pemiluonline.org, penyedia informasi pemilu yang mengaku non-partisan, mengatakan sebagian besar itu disebabkan oleh jumlah pemilih yang tinggi.
TPS lain di New York, Georgia, Indiana dan Ohio sempat terganggu masalah teknis. Tetapi pejabat-pejabat federal mengatakan insiden itu seharusnya tidak perlu dikhawatirkan.
“Tidak ada indikasi aktivitas dunia maya berbahaya,” kata seorang pejabat senior CISA kedua, yang juga berbicara tetapi hanya dengan syarat namanya tidak disebut.
Pejabat keamanan pemilu memperingatkan orang Amerika agar tetap waspada, dan memperingatkan musuh Amerika seperti Rusia, China dan Iran, mungkin menunggu sampai TPS tutup untuk meluncurkan serangan yang lebih serius.
"Kita belum sepenuhnya lepas dari ancaman," kata Direktur CISA Christopher Krebs.
Selain ketiga negara, pejabat-pejabat mengatakan, sebanyak 30 negara telah berusaha mengacaukan pemilihan. Tercakup dalam daftar itu adalah sekutu seperti Arab Saudi dan Turki, dan musuh Amerika seperti Kuba dan Venezuela.[ka/lt]