Bocornya rancangan opini Mahkamah Agung yang membatalkan hak konstitusional untuk aborsi telah menimbulkan gelombang ancaman terhadap pejabat dan pihak lain serta meningkatkan kemungkinan kekerasan ekstremis, kata laporan internal pemerintah.
Kekerasan bisa datang dari kedua sisi isu aborsi atau dari jenis ekstremis lain yang hendak mengeksploitasi ketegangan, menurut memo kepada lembaga pemerintah lokal dari Kantor Intelijen dan Analisis Departemen Keamanan Dalam Negeri (Department of Homeland Security - DHS).
Kantor berita Associated Press, Rabu, mendapat memo bertanggal 13 Mei itu, yang berusaha membedakan antara aktivitas ilegal dan protes yang intens tetapi legal ketika Mahkamah Agung merilis keputusannya pada musim panas ini, apapun hasilnya.
BACA JUGA: Pendukung Hak-hak Aborsi di AS Berunjuk Rasa
Protes-protes bisa berubah menjadi kekerasan. Memo memperingatkan bahwa orang-orang "dengan beragam ideologi berusaha membenarkan dan mengilhami serangan terhadap target terkait aborsi dan ideologis yang berlawanan pada protes yang sah."
Kekerasan yang terkait debat aborsi bukannya tidak pernah terjadi dan juga tidak terbatas pada satu sisi atau sisi lain, kata memo itu.
Penentang aborsi telah melakukan setidaknya 10 pembunuhan serta puluhan serangan pembakaran dan bom terhadap fasilitas medis dalam kampanye panjang mereka untuk membatalkan Roe v. Wade. DHS mengatakan ada juga potensi kekerasan dari sisi lain, mengutip kerusakan baru-baru ini pada bangunan yang digunakan oleh penentang aborsi di Wisconsin dan Oregon. [ka/ab]