Menlu AS pada awal lawatan empat hari ke Asia memperingatkan Korut akan menghadapi konsekuensi lebih lanjut bila negara itu melakukan ujicoba peluncuran rudal lagi.
SEOUL —
Setelah bertemu Presiden dan Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry menegaskan, retorika Korea Utara yang senang perang dan harapannya menjadi negara nuklir, tidak bisa diterima.
Kerry, dalam lawatan pertamanya ke Seoul, memperingatkan pemimpin muda Korea Utara, Kim Jong Un, agar tidak melaksanakan ancamannya, meluncurkan rudal balistik jarak menengah.
"Salah besar baginya bila memilih melakukan hal itu karena akan semakin mengisolasi negaranya dan semakin mengisolasi rakyatnya yang terus terang sangat membutuhkan makanan, bukan peluncuran rudal,” kata Kerry.
Berikutnya, Kerry akan melawat ke Beijing. Selama di Seoul ia menegaskan pemerintah China harus "menekan Korea Utara" agar menghentikan program nuklirnya.
"China berkemampuan sangat besar membantu mengatasi masalah ini. Saya berharap, dalam percakapan kami ketika saya berada di sana besok, kami akan mampu mencari jalan keluar guna meredakan ketegangan, sehingga rakyat Korea Utara dan Korea Selatan maupun rakyat lain di dunia bisa melihat bahwa orang-orang ini bergerak ke arah yang benar, melakukan perundingan dan meredakan ketegangan,” papar Kerry.
Berdiri bersama Kerry, Menteri Luar Negeri Korea Selatan Yun Byung-se, menilai ancaman Pyongyang sebagai "provokasi serius" bagi seluruh masyarakat internasional.
Kedua pejabat sepakat, tetap terbuka kesempatan untuk dialog jika Korea Utara mematuhi berbagai perjanjian internasional yang telah dilanggar terkait pembuatan senjata pemusnah massal.
Korea Utara, setelah melakukan peluncuran rudal dan uji coba nuklir dalam beberapa bulan terakhir, telah dalam waktu singkat mengeluarkan serangkaian ancaman terhadap Korea Selatan dan Amerika. Ancaman itu mencakup membatalkan gencatan senjata tahun 1953 yang menghentikan Perang Korea, mengancam melancarkan serangan penangkal nuklir terhadap Amerika dan menyatakan negara dalam keadaan perang antara Korea Utara dan Selatan.
Pyongyang pekan ini juga menarik 53 ribu pekerjanya dari kawasan industri Kaesong, satu-satunya usaha bersama Seoul yang tersisa.
Sementara Kerry bertemu pucuk pimpinan di Seoul, ancaman terbaru dari Pyongyang memperingatkan Tokyo akan "dilalap api nuklir" jika Jepang menembak jatuh setiap rudal Korea Utara.
Kerry akan mengakhiri lawatannya ke Asia di Tokyo.
Kerry, dalam lawatan pertamanya ke Seoul, memperingatkan pemimpin muda Korea Utara, Kim Jong Un, agar tidak melaksanakan ancamannya, meluncurkan rudal balistik jarak menengah.
"Salah besar baginya bila memilih melakukan hal itu karena akan semakin mengisolasi negaranya dan semakin mengisolasi rakyatnya yang terus terang sangat membutuhkan makanan, bukan peluncuran rudal,” kata Kerry.
Berikutnya, Kerry akan melawat ke Beijing. Selama di Seoul ia menegaskan pemerintah China harus "menekan Korea Utara" agar menghentikan program nuklirnya.
"China berkemampuan sangat besar membantu mengatasi masalah ini. Saya berharap, dalam percakapan kami ketika saya berada di sana besok, kami akan mampu mencari jalan keluar guna meredakan ketegangan, sehingga rakyat Korea Utara dan Korea Selatan maupun rakyat lain di dunia bisa melihat bahwa orang-orang ini bergerak ke arah yang benar, melakukan perundingan dan meredakan ketegangan,” papar Kerry.
Berdiri bersama Kerry, Menteri Luar Negeri Korea Selatan Yun Byung-se, menilai ancaman Pyongyang sebagai "provokasi serius" bagi seluruh masyarakat internasional.
Kedua pejabat sepakat, tetap terbuka kesempatan untuk dialog jika Korea Utara mematuhi berbagai perjanjian internasional yang telah dilanggar terkait pembuatan senjata pemusnah massal.
Korea Utara, setelah melakukan peluncuran rudal dan uji coba nuklir dalam beberapa bulan terakhir, telah dalam waktu singkat mengeluarkan serangkaian ancaman terhadap Korea Selatan dan Amerika. Ancaman itu mencakup membatalkan gencatan senjata tahun 1953 yang menghentikan Perang Korea, mengancam melancarkan serangan penangkal nuklir terhadap Amerika dan menyatakan negara dalam keadaan perang antara Korea Utara dan Selatan.
Pyongyang pekan ini juga menarik 53 ribu pekerjanya dari kawasan industri Kaesong, satu-satunya usaha bersama Seoul yang tersisa.
Sementara Kerry bertemu pucuk pimpinan di Seoul, ancaman terbaru dari Pyongyang memperingatkan Tokyo akan "dilalap api nuklir" jika Jepang menembak jatuh setiap rudal Korea Utara.
Kerry akan mengakhiri lawatannya ke Asia di Tokyo.