AS Pertimbangkan Sanksi Terhadap Belarus

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo. (Foto: dok).

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Selasa (8/9) menyatakan AS sangat prihatin mengenai upaya-upaya pemerintah Belarus untuk mengusir paksa aktivis oposisi Maria Kolesnikova. Pompeo menyatakan AS dan negara-negara lain sedang mempertimbangkan penerapan sanksi-sanksi sebagai respons atas berbagai peristiwa belakangan ini di Belarus.

“Kami memuji keberanian Nona Kolesnikova dan rakyat Belarus dalam menegaskan secara damai hak mereka untuk memilih pemimpin dalam pemilu yang bebas dan adil, dalam menghadapi kekerasan dan penindasan pihak berwenang Belarus yang tidak dapat dibenarkan, yang mencakup pemukulan tanpa tahu malu terhadap demonstran damai pada siang hari dan penahanan ratusan orang pada 6 September, serta laporan mengenai penculikan yang meningkat,” kata Pompeo dalam sebuah pernyataan.

Ia mengatakan sanksi-sanksi potensial itu akan dimaksudkan untuk mendorong “akuntabilitas mereka yang terlibat dalam pelanggaran HAM dan penindasan di Belarus.”

Kolesnikova ditahan hari Senin bersama dengan dua anggota gerakan oposisi lainnya Anton Rodnenkov dan Ivan Kravtsov. Pada hari Selasa mereka dibawa ke perbatasan antara Belarus dan Ukraina di mana Kolesnikova merobek paspornya dan ditahan di Belarus.

BACA JUGA: Tokoh Oposisi Belarus Keluarkan Imbauan untuk Rusia

Rodnenkov dan Kravtsov berhasil memasuki Ukraina. “Ia berteriak bahwa ia tidak akan ke mana-mana,” kata Rodnenkov dalam konferensi pers di Kiev. “Sewaktu duduk di mobil, ia melihat paspornya di kursi depan dan merobeknya menjadi potongan-potongan kecil, meremasnya dan membuangnya keluar jendela. Setelah itu, ia membuka pintu belakang dan berjalan kembali ke perbatasan Belarus.”

Seorang juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres mengeluarkan pernyataan yang mengemukakan keprihatinannya mengenai “penggunaan kekerasan berulang kali terhadap demonstran damai, selain laporan mengenai tekanan terhadap para aktivis kelompok masyarakat madani yang beroposisi.”

Ribuan orang telah ambil bagian dalam protes selama lima pekan ini menyusul pemilu 9 Agustus, di mana Presiden Alexander Lukashenko yang telah lama berkuasa dinyatakan sebagai pemenang. Namun partai-partai oposisi, AS dan Uni Eropa menuduh pemilu itu curang.

Lebih dari 7.000 demonstran telah ditahan, dan bukti meluas mengenai penganiayaan telah dilaporkan selama protes itu. Sedikitnya empat orang diberitakan tewas dalam demonstrasi tersebut. [uh/ab]