AS Prihatin dengan Serangkaian Penculikan oleh Militan Abu Sayyaf

Kapal induk AS USS John C. Stennis berlayar di Laut China selatan Maret 2016 lalu (foto: dok). Angkatan Laut AS menyatakan kesediaan untuk membantu mengamankan perairan di kawasan ASEAN.

Angkatan Laut AS menyatakan kesediaan untuk membantu mengamankan perairan di kawasan ASEAN jika diperlukan, untuk memastikan kebebasan dan keamanan navigasi di kawasan itu.

Pejabat Angkatan Laur Amerika hari Senin (4/7) mengatakan militer Amerika prihatin dengan serangkaian serangan dan penculikan awak kapal tongkang oleh ekstrimis Abu Sayyaf di perairan kawasan ASEAN, dan bersedia membantu jika diperlukan sebagai bagian dari sasaran Amerika untuk memastikan kebebasan dan keamanan navigasi di kawasan itu.

Laksamana muda Brian Hurley mengatakan AL Amerika telah bekerja sama dengan pemerintah-pemerintah di Asia untuk memastikan kebebasan navigasi dan keselamatan orang-orang di kawasan ekonomi yang sibuk itu dan akan terus melakukannya.

Indonesia, Malaysia dan Filipina telah sepakat untuk mengambil tindakan-tindakan yang terkoordinir termasuk patroli di laut dan udara dan membentuk “koridor transit” sebagai jalur pelayaran bagi perahu dan kapal-kapal di laut sepanjang perbatasan mereka untuk menghentikan gelombang serangan yang mengkhawatirkan oleh Abu Sayyaf dan militan sekutunya.

Lebih dari dua puluh awak kapal Indonesia dan Malaysia telah diculik oleh militan Abu Sayyaf dan orang bersenjata sekutu mereka menggunakan kapal speedboat serta melancarkan empat serangan terhadap kapal-kapal tongkang yang berkecepatan lamban di Laut Sulu dan perairan di sekitarnya sejak bulan April.

Semua sandera dari tiga serangan pertama telah dibebaskan, kabarnya setelah mendapat tebusan, tapi pejabat mengatakan kapal tongkang ke empat diserang bulan lalu dan tujuh awak kapal Indonesia diculik.

Pejabat militer Filipina yang memantau serangan-serangan di lepas pantai mengatakan Abu Sayyaf mungkin bekerja sama dengan para militan dan kontak-kontak di Indonesia dan Malaysia untuk melancarkan seran gan-serangan terhadap kapal-kapal tongkang dan kargo yang lewat untuk melakukan serangan-serangan pembajakan seperti di Somalia beberapa tahun lalu.

Pejabat itu mengatakan peralihan ke pembajakan itu mungkin disebabkan karena tindakan militer yang lebih agresif makin mempersulit militan melancarkan penculikan didarat, yang selama ini menjadi sumber utama pendanaan bagi Abu Sayyaf.

Hurley mengatakan, “Kami selalu prihatin dengan keamanan di laut dan kebebasan navigasi di perairan itu.”

AL Amerika mengerahkan sekitar 700 kapal untuk berpatroli di Laut China Selatan yang disengketakan itu, rata-rata dua kapal per hari untuk memastikan kebebasan bernavigasi, "dan kami akan terus melakukannya di seluruh dunia,” kata Hurley. [my/jm]