Seorang pejabat pemerintah Amerika mengungkapkan lagi keprihatinannya mengenai ketidakcermatan informasi tentang berapa banyak personil yang bertugas dalam polisi dan militer Afghanistan, sehingga sulit bagi pemimpin militer Afghanistan dan penasihat Amerika untuk secara jelas menentukan kekuatan dan kapasitas pasukan keamanan nasional negara itu.
Inspektur Jenderal Khusus Amerika untuk Rekonstruksi Afghanistan atau SIGAR, John Sopko, sedang menggali fakta-fakta dan mengidentifikasi kelemahan, kegagalan, ketidakpastian, korupsi dan angan-angan yang tidak masuk akal dalam penggunaan seratus milyar dolar yang dijanjikan Amerika untuk membangun kembali dan mengembangkan Afghanistan.
Dalam sambutannya Selasa di New York. Sopko mengatakan, memisahkan antara “fakta dari angan-angan“ di Afganistan merupakan suatu tantangan.
Ia menyebutkan contoh masalah besar yang menghantui sistem pencatatan yang berlaku bagi polisi dan militer Afghanistan. Katanya, baik pejabat Afghanistan maupun Amerika tidak punya prosedur tertulis untuk memastikan keakuratan data.
Ada lagi masalah lain, tambahnya, yaitu komandan-komandan unit sering memasukkan “nama-nama tentara yang sudah mati atau melarikan diri ke dalam daftar gaji untuk mendapat lebih banyak uang”.
Dalam kesaksiannya belum lama ini di depan Komisi Kongres Amerika, Sopko mengeluarkan peringatan serupa.
Dalam pidatonya Selasa, Sopko menegaskan bahwa Amerika bertekad mendukung “352.000 pasukan pertahanan keamanan nasional Afganistan” paling tidak sampai tahun 2017, tetapi adanya “angka-angka yang meragukan itu bisa mengakibatkan para pembayar pajak Amerika membayar besar banyak bagi sistem keamanan yang fiktif.”
Ia menyimpulkan bahwa dengan 15 milyar dolar yang akan segera dicairkan, perlu ditingkatkan efektivitas upaya rekonstruksi untuk mendapat hasil terbaik. Tapi ini, tambahnya, akan memerlukan perjuangan panjang.