Amerika dan Rusia juga setuju untuk mendesak baik pemerintah Suriah dan oposisi agar membebaskan semua tahanan politik, khususnya orang-orang yang rentan.
Setelah bertemu selama empat jam di Moskow hari Kamis (24/3), Menlu John Kerry dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat bahwa kerja sama Amerika dan Rusia sangat penting dalam penghentian kekerasan di Suriah yang dikoyak perang.
Kerry mengatakan ia mengetahui adanya pelanggaran dalam gencatan senjata itu tapi pelanggaran-pelanggaran ini diawasi secara seksama.
Menlu Kerry dan Menlu Sergei Lavrov hari Kamis malam mengadakan konferensi pers bersama di Kremlin setelah pembicaraan panjang dan ada momen-momen yang kaku.
Sebagian dari ketidaksepakatan antara keduanya bahkan tampak jelas, tapi Kerry dan Lavrov meyakinkan wartawan bahwa Amerika dan Rusia bertekad untuk menciptakan perdamaian yang lebih langgeng di Suriah, meningkatkan arus bantuan kemanusiaan dan melancarkan transisi politik yang nyata.
Ditanya oleh wartawan Amerika dalam konferensi pers itu apakah Lavrov menganggap Amerika sekutu dalam melawan aksi teror atau bagian dari masalah, Lavrov mengatakan yakin Amerika membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi aksi teror di Afghanistan, Libya dan bagian-bagian Timur Tengah. Lavrov mengatakan sebagian politisi di Amerika saat ini mengatakan hal yang sama.
Di pihaknya, Kerry mengecam pembunuhan masal yang “yang tidak terbayangkan” yang dilakukan sekutu dekat Rusia, Presiden Bashar al-Assad selama lima tahun dan mengatakan Putin kini memutuskan untuk menarik pasukan Rusia karena ia sudah memulihkan kekuasaan Assad melalui intervensi. Kerry menambahkan sangat keterlaluan rejim Suriah mencuri pasokan medis dari bantuan-bantuan kemanusiaan yang dikirim.
Kerry juga mengimbau Rusia agar membebaskan pilot Ukraina Nadiya Savchenko yang dijatuhi hukuman penjara 22 tahun, minggu ini oleh pengadilan Rusia.
Lavrov tidak berjanji untuk melakukan hal itu. [my/ii]