AS, Kamis (1/6) mengatakan siap memfasilitasi diskusi antara pihak-pihak yang berperang di Sudan jika mereka menunjukkan komitmen untuk mematuhi gencatan senjata yang diperantarai AS-Arab Saudi.
“Begitu pasukan menjelaskan melalui tindakan bahwa mereka serius mematuhi gencatan senjata, AS dan Kerajaan Arab Saudi siap untuk melanjutkan fasilitasi diskusi yang ditangguhkan guna mencari solusi yang dirundingkan untuk konflik ini,” kata seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Pernyataan ini muncul sehari setelah militer Sudan menghentikan pembicaraan dan menuduh pasukan paramiliter saingannya berulang kali melanggar gencatan senjata.
Kedua pihak menandatangani gencatan senjata tujuh hari pada 20 Mei yang dimaksudkan untuk pengiriman bantuan kemanusiaan. Mereka menyepakati perpanjangan lima hari pada 29 Mei.
AS dan Arab Saudi memantau penerapan gencatan senjata dan mengatakan kedua pihak telah melanggarnya.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB bertemu Rabu dalam sidang tertutup selama 90 menit atas permintaan Sekjen Antonio Guterres. Ini baru kelima kalinya dalam lima tahun lebih masa jabatannya ia meminta diadakan pertemuan seperti itu.
“Kita menghadapi situasi dramatis di Sudan, dalam bidang politik dan kemanusiaan, dan sekretaris jenderal ingin berbagi pemikiran dengan para anggota dewan,” kata juru bicaranya, Stephane Dujarric, kepada wartawan.
Ibu kota Sudan, Khartoum, dilanda kekerasan sejak 15 April, sewaktu pertempuran meletus antara pasukan militer dan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF), setelah putusnya hubungan antara pemimpin militer Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan panglima RSF Jenderal Mohamed Hamdan Degalo.
Kedua jenderal itu tadinya adalah sekutu yang bersama-sama mengatur kudeta militer Oktober 2021 yang menggagalkan transisi ke pemerintahan sipil, setelah disingkirkannya pemimpin lama Omar al-Bashir pada tahun 2019. [uh/ab]